Sabtu, Juni 12, 2010

engungsi letusan gunung kelud Ngotot Pulang, Relawan kebencanaan Kewalahan

 catatan kecil TRC TAGANA JATIM di Gonjang ganjing Gunung Kelud

salam relawan... salam Tagana.
 
KEDIRI, MINGGU 
Tenaga sukarelawan  ( Tagana, Satgana, Sar, BSMI, PMR dll )
merasa kewalahan menghadapi para pengungsi bencana letusan Gunung Kelud yang pulang meninggalkan tempat-tempat pengungsian. "Kami sudah kesulitan meyakinkan para pengungsi untuk tidak pulang, meskipun sampai saat ini Gunung Kelud tetap berbahaya," kata TRC Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jawa Timur, Ibrahim Da silva di Ngancar, Kabupaten Kediri, Minggu (4/11).
kami mengaku tidak bisa berbuat banyak manakala para pengungsi yang pulang itu beralasan untuk memberi pakan ternak. Warga yang tinggal di KRB I rata-rata membudidayakan sapi perah selain bertani nanas dan cengkeh.
Oleh sebab itu TRC Tagana Jatim mendesak agar Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri segera merealisasikan janjinya untuk mengungsikan binatang ternak sesuai dengan lokasi yang sudah dipetakan sebelumnya.

Menurut kami (TRC ), proses evakuasi warga yang dilakukan timnya Sabtu (3/11) sore amat rumit lantaran sirine di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar tidak berbunyi.

Warga KRB I tetap menganggap bunyi sirine sebagai tanda peringatan Gunung Kelud sebentar lagi akan meletus. Namun sirine itu tak kunjung berbunyi saat Gunung Kelud memasuki fase letusan.

Hal itu terjadi lantaran pengamat dan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telanjur panik dengan meninggalkan PPGA Margomulyo untuk mengamankan diri di Mapolsek Ngancar setelah menganggap terjadi letusan kecil di kawah Gunung Kelud tanpa terlebih dulu membunyikan sirine.

Bisa dibayangkan, bagaimana kacaunya suasana kemarin sore. Warga masih banyak yang di atas, sementara Tim Vulkanologi (PVMBG) sudah turun semua, demikian juga dengan petugas keamanan 

Sementara itu, sampai detik ini situasi di Desa Sugihwaras dan Desa Sempu terlihat lengang, meski ada beberapa orang pengungsi, terutama laki-laki yang pulang. 

"Tidak seperti biasanya, situasi pagi ini sepi sekali," ujar Darwanto, yang bertugas di Posko Sugihwaras.yang aku wawancari di pos pemantauan.

suasana di tempat-tempat pengungsian tidak seramai saat-saat Gunung Kelud mengalami kondisi kritis beberapa waktu sebelumnya.

Berdasar catatan Satlak PB Kabupaten Kediri, jumlah pengungsi pada Sabtu malam hingga pukul 21.00 WIB telah mencapai 1.335 kepala keluarga yang tersebar di beberapa lokasi pengungsian di empat kecamatan, Plosoklaten (147 KK), Wates (781), Puncu (126), dan Kepung (281).

Pada saat ini tercatat jumlah pengungsi yang sakit mencapai 79 orang dengan didominasi penyakit ISPA, diare, gastritis (lambung), dan malgia (pegal linu).
Sementara itu sebagian pengungsi memilih tinggal di rumah saudaranya ketimbang di tempat pengungsian yang kondisinya semakin semrawut.

Bu Sulasmi yang rumahnya berjarak sekitar delapan kilometer dari danau kawah Gunung Kelud  waktu aku wawancari di pos pantau "Kami memilih tinggal di rumah saudara di Ngadiluwih, biarkan bapaknya yang di tetap Margomulyo,"

      Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Tidak ada komentar: