Sabtu, Juni 12, 2010

Kawah Timor Ciptakan Antartika

salam relawan... salam Tagana..

Kawah meteor yang ditemukan di Laut Timor bisa jadi adalah terbesar pernah menghantam bumi, dan bahkan mungkin yang bertanggung jawab dalam menciptakan Antartika.

 
Kawah ini ditemukan oleh para ilmuwan dari Australian National University (ANU).
Saat ini yang disebut sebagai dampak dari asteroid terbesar di bumi adalah kawah di Siberia dengan lebar 62 mil.
Namun, kawah yang ditemukan oleh ANU sejauh ini baru diukur berdasarkan lebar dasar gunung-gunung yang mengelilinginya.
Yang terbesar Gunung Ashmore adalah 31 mil, menurut pakar dampak luar angkasa ANU Dr Andrew Glikson.
"Ukuran minimum dari kubah Gunung Ashmore.. adalah 50km, tetapi ukuran penuh kawah belum pasti dan dapat secara signifikan lebih besar," kata Dr Glikson.
Hanya satu kawah lain bisa dibandingkan yaitu Chesapeake dengan lebar 53 mil di dasar laut Virginia.
Dr Glikson mengatakan asteroid menghantam bumi selama periode pemboman intensif 35 juta tahun yang lalu. Hantaman itu menyebabkan penurunan tajam suhu global yang pada gilirannya mendahului pembentukan lapisan es Antartika.
Baik asteroid Siberia dan Chesapeake menghantam di sekitar waktu yang sama. Dan satu juta tahun kemudian, Drake Passage memotong Amerika Selatan dari daratan Antartika.
Dr Glikson mengatakan Antartika sejak saat itu bertindak sebagai termostat untuk iklim di bumi. Penelitiannya itu diterbitkan di Jurnal Ilmu Bumi Australia



Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Suhu Air Laut Mediterania Semakin Panas


salam relawan... salam Tagana

Lapisan air di sampai kedalaman 700 meter telah 'dipanaskan' hingga mencapai 0,64 watt.

Sebuah studi baru mengungkapkan suhu air pada Laut Mediterania Barat atau Laut Tengah mengalami peningkatan. Suhu air yang semakin panas itu diikuti dengan kadar garam yang tinggi di perairan itu.

Seperti dilansir livescience.com edisi 24 Mei 2010, setiap tahunnya suhu di bagian dalam laut Mediterania Barat meningkat sekitar 0,0036 derajat Fahrenheit atau sekitar 0,002 derajat Celcius.

Kondisi itu juga diikuti dengan meningkatnya kadar garam hingga level 0,001 unit salinitas (satuan kadar garam). Peningkatan itu sesuai dengan prediksi ilmuwan akan salah satu dampak dari efek global warming.

Kenaikan suhu dan kadar garam ini memang terdengar seperti peningkatan kecil. Tetapi, kenaikan itu terus mengalami percepatan sejak awal 1990. Rincian studi itu sudah pernah dimuat dalam jurnal Penelitian Geofisika edisi 1 April.

"Hasil penelitian menunjukkan tren yang konsisten. Tapi kita perlu memantau ini untuk tahun-tahun yang akan datang," kata peneliti kelautan dari Spanyol, Manuel Vargas-Yáñez.

Peneliti membagi suhu dan kadar garam lapisan Laut Mediterania itu menjadi tiga bagian. Lapisan atas berada pada kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan laut, termasuk perairan dalam Atlantik.

Lapisan tengah di kedalaman sekitar 200-600 meter, termasuk cekungan barat Selat Sisilia dan lapisan dalam mulai dari kedalaman 600 ke atas.

Tingkat penguapan yang tinggi juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab kenaikan suhu. Faktor lain yang juga menjadi pemicu adalah kelembaban dan suhu atmosfir.

Bagian lapisan atas laut mengalami pemanasan yang cukup signifikan sejak 16 tahun terakhir. Penelitian dari 1993 sampai 2008 menyebutkan, lapisan air di sampai kedalaman 700 meter telah 'dipanaskan' hingga mencapai 0,64 watt permeter persegi.

"Itu sama dengan menambah energi dari 100.000.000 bom atom ke laut setiap tahunnya selama periode 16 tahun," kata John Lyman dari University of Hawaii.
 Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Bumi menua dan bencana alam adalah kewajaran

salam relawan... salam Tagana..

Bumi menua dan bencana alam adalah kewajaran

Dalam sebuah perbincangan, seorang kawan berkata, mungkin Tuhan memang tak sempurna menciptakan alam semesta. Ketidaksempurnaan itulah yang membuat banyak sekali bencana alam, seolah bumi sedang bermetamorfosis menuju “kesempurnaan”.

 


Atau sebaliknya, bumi sudah mencapai titik puncak kesempurnaannya dan sekarang sedang berbalik menuju kehancuran. Seperti teori kehidupan di mana ada fase tumbuh di keping waktu tertentu, lantas menuju fase kematian di keping waktu berikutnya.

Ketika gempa melanda Aceh dan tsunami menyusul beberapa menit kemudian, siapa pun tersadar betapa bumi bisa menjadi kejam hanya dengan sedikit guncangan. Itu pun tak lebih dari pergeseran lempeng-lempeng di dalam perut bumi, yang hanya sepersekian bagian, sehingga tak terasa bahkan sedikit saja di bagian bumi yang lain. Bayangkanlah bila guncangan itu terjadi di seluruh permukaan bumi.

Mekanisme alam semesta membuat bumi berputar pada porosnya sambil berjalan mengelilingi matahari sebagai pusat orbit. Dengan putaran yang ritmis itulah kehidupan berlangsung dengan baik. Berkat putaran itu pula bumi menjadi hidup dan kita ikut hidup dalam kehidupan itu, dengan sumber energi yang memadai, udara dan atmosfer yang seimbang, suhu dan cuaca yang bisa diadaptasi. Kalau putaran itu dihentikan 1 detik saja, maka semua benda di permukaan bumi, termasuk kita, akan terlempar berhamburan.
Cara yang mudah untuk membayangkannya begini: anggaplah bumi adalah sebuah bus yang sedang mengangkut 20 penumpang, dan melaju 100 km/jam. Dalam kecepatan seperti itu, bus langsung mendadak dihentikan. Apa yang terjadi pada semua penumpang di bus itu? Pastilah terlempar.

Begitulah bumi, yang melesat tak kurang dari 107 ribu km/jam di angkasa raya. Sebuah kecepatan yang tiada bandingannya dengan kendaraan tercepat apapun ciptaan manusia. Bumi memang harus melesat dengan kecepatan sedahsyat itu untuk menyelesaikan satu putaran mengitari matahari dalam setahun. Pernahkah terbayangkan bahwa kita sedang berdiri, duduk, makan, tidur dan segala aktivitas lain sehari-hari, di permukaan sebuah benda yang bergerak 107 ribu km/jam? Dan menurut perhitungan para ilmuan, semua ini telah berlangsung selama lebih dari 5 miliar tahun!

Lantas mengapa mekanisme istimewa yang mahadahsyat dan mahaterjaga itu masih menyisakan kisah tentang kehancuran-kehancuran alam? Apakah itu semacam reaksi fisika yang memang harus terjadi dalam fenomena ini? Atau malah karena ulah manusia, sebagai makhluk paling pandai yang hidup di muka bumi?

Ada bencana yang harus dilihat dari sudut pandang alamiah, karena memang merupakan bagian dari proses bumi yang terus hidup, tumbuh dan bergerak. Sebutlah gempa dan gunung meletus, yang memang sulit disimpulkan sebagai akibat dari ulah manusia. Pada bencana alam seperti ini, orang akan menyebutnya sebagai “ujian dari Tuhan”.
Tetapi tak sedikit bencana yang bermula dari kecerobohan penduduk bumi sendiri, sehingga kurang tepat disebut sebagai bencana alam. Bila gunung runtuh dan longsorannya menenggelamkan sebuah kampung, maka itu mestinya disebut sebagai bencana manusia, ketika keruntuhan gunung tersebut disebabkan oleh gundulnya hutan yang ditebangi tanpa ampun, tentu saja oleh manusia.

Kearifan manusia kepada bumi memang sebuah kampanye yang terus didengungkan banyak kalangan. Apalagi tidak seorang pun yang bisa memprediksi, dengan umur setua sekarang, masih berapa lamakah bumi bisa bertahan? Menjaga bumi dari kehancuran harus dipahami seperti usaha menjaga kondisi sehat seorang manusia uzur.




Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

LAPORAN TERTULIS PASCA BANJIR JAKARTA 2007

salam relawan... salam Tagana..  

 DEPSOS  R.I

I. PENDAHULUAN
Penanganan bencana banjir yang telah dilaksanakan oleh Departemen Sosial RI sejak tanggal 31 Januari s/d 12 Pebruari 2007 telah melawati masa Tanggap Darurat. Sesuai dengan Standardisasi Penangan Bencana Alam berdasarkan siklus bencana dari mulai Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana, maka Penanggulangan Bencana Banjir pada saat terjadi bencana adalah : Jangka waktu bantuan pangan disesuaikan dengan jenis dan besaran bencana sesuai kebutuhan, seperti :

1. Bencana Banjir Bantuan diberikan selama 3 s/d 7 hari atau dapat diperpanjang hingga 12 hari.
2. Bencana Tanah Longsor
3. Bantuan diberikan selama 3 s/d 7 hari. Bencana Angin Ribut/Angin Topan/Angin Puting Beliung/Tsunami
4. Bantuan diberikan selama 3 hari. Bencana Alam Gempa Bumi
5. Bantuan diberikan selama 5 s/d 10 hari. Bencana Alam Letusan Gunung Api
6. Bantuan diberikan selama 5 s/d 10 hari. Bencana Alam Kekeringan / Kekurangan Pangan Bantuan diberikan selama 15 s/d 30 hari.

Berdasarkan hasil Rapat Kerja dengan Bakornas maka kegiatan Tanggap Darurat Penanganan Bencana Alam Banjir di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten telah selesai dan selanjutnya memasuki Tahap Pasca Bencana. Mengingat besarnya kejadian banjir dan korban yang menderita, maka Departemen Sosial membantu pemerintah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten untuk menangani bencana banjir tersebut.

II. UPAYA YANG DILAKUKAN DEPARTEMEN SOSIAL
A. PRA BENCANA
Depsos telah memberikan bantuan kesiap siagaan pada seluruh propinsi dalam menghadapi musim hujan tahun 2007, melalui APBN dan APBN-P tahun 2006 berupa bantuan permakanan, sandang, evakuasi kit dan anggaran dekonsentrasi khusus untuk penanggulangan bencana tahun 2007.
B. TANGGAP DARURAT BENCANA

1. Mendirikan posko lapangan khusus menangani banjir di DKI Jakarta, jawa barat dan Banten.
2. Mobilisasi taruna siaga bencana (tagana) dari luar DKI Jakarta
* Tagana prov. Jawa timur 60 orang
* Tagana prov. Jawa tengah 50 orang
* Tagana prov. Sumut 12 orang
* Tagana dari unsur fk-psm 30 orang
* Tagana pusat 30 orang
* Tagana dari unsur ormas 25 orang
3. Memberikan tambahan bantuan kendaraan siaga bencana kepada pemerintah DKI Jakarta rescue tactical unit (rtu) sebanyak 4 unit untuk wilayah jaktim, jakbar, jakut dan jaksel.
4. Mengoperasikan unit siaga bencana berupa mobil rtu 6 unit, truk 5 unit, tangki air 2 unit
5. Mengoperasikan tambahan perahu evakuasi sebanyak 25 unit beserta perlengkapannya.
6. Mendirikan dapur umum lapangan di kantor Departemen Sosial yang menyediakan makanan sebanyak 5.000 bungkus per hari.
7. Menteri sosial bersama DPR mengadakan kunjungan langsung ke 5 wilayah yang terkena banjir (jakpus, jaktim, jakut, jakbar dan jaksel) bantuan berupa sandang, family kit dan kid ware.
8. Pada tanggal 8 pebruari menteri sosial juga memberikan bantuan ke ciledug-tangerang Banten berupa sandang, family kit dan kid ware.
9. Mendistribusikan barang-barang bantuan baik berupa permakanan, sandang dan kebutuhan lainnya melalui dinas sosial/kesos dengan terus berkoordinasi dengan satkorlak.
10. Mendistribusikan bantuan kepada posko-posko yang dikelola masyarakat dan organisasi sosial.
11. Menyediakan stock barang bantuan di posko lapangan Depsos ri. Berupa 3.000 dos mie instan, dan 10 ton beras.
12. Pada tanggal 10 pebruari 2007 departemen sosial telah memberikan bantuan bagi posko penanganan bencana di DKI Jakarta; rawa buaya dan semper barat, di Banten; pondok bahar - ciledug, masing-masing berupa mie instan 100 dos dan beras 500 kg.
13. Proses penanganan tanggap darurat di DKI Jakarta, jabar dan Banten akan terus dilanjutkan sampai keadaan normal pulih seperti semula selama masa tanggap darurat.
14. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memperkirakan pada tanggal 9 s.d 12 pebruari 2007 di wilayah Jakarta dengan intensitas ringan-sedang kadang hujan lebat+petir pada sore hari dan malah hari. Bogor; hujan dengan intensitas ringan sampai lebat pada sore dan malam hari, tangerang; hujan dengan intensitas ringan sampai sedang kadang lebat+petir pada sore dan malam hari, bekasi; hujan dengan intensitas ringan sampai sedang kadang hujan lebat+petir pada sore dan malam hari. Kewaspadaan terhadap bencana banjir masih diperlukan meskipun di beberapa wilayah intensitas hujan menurun.
15. Sejak tanggal 9 pebruari 2007 melalui bumn, tni/polri dan unsur masyarakat telah dilaksanakan proses pembersihan puing-puing/sampah akibat banjir di wilayah DKI Jakarta.
16. Departemen Sosial pada tgl 10 pebruari 2007 telah menyalurkan bantuan sebanyak 1,5 ton beras dan 600 dos mie instans yang ditujukan kepada posko hmi di 6 titik.
17. Mulai tanggal 10 pebruari 2007 tagana jawa tengah sebanyak 50 orang telah kembali ke daerah asalnya/masing-masing.
18. Bersamaan dengan itu pula pada tanggal 11 pebruari telah bergabung kembali anggota tagana sebanyak 50 orang yang berasal dari unsur-unsur organisasi masyarakat (pii, baguna, simpatik, fk-psm) yang telah mengikuti pelatihan tagana melalui dana Departemen Sosial ri tahun 2006.
19. Melihat situasi tanggap darurat penanganan banjir di jabodetabek semakin pulih, maka posko Depsos yang membantu penanganan tanggap darurat banjir tersebut, mulai hari ini 12 pebruari 2007 untuk sementara dihentikan.



I. PENDAHULUAN
Penanganan bencana banjir yang telah dilaksanakan oleh Departemen Sosial RI sejak tanggal 31 Januari s/d 12 Pebruari 2007 telah melawati masa Tanggap Darurat. Sesuai dengan Standardisasi Penangan Bencana Alam berdasarkan siklus bencana dari mulai Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana, maka Penanggulangan Bencana Banjir pada saat terjadi bencana adalah : Jangka waktu bantuan pangan disesuaikan dengan jenis dan besaran bencana sesuai kebutuhan, seperti :

1. Bencana Banjir Bantuan diberikan selama 3 s/d 7 hari atau dapat diperpanjang hingga 12 hari.
2. Bencana Tanah Longsor
3. Bantuan diberikan selama 3 s/d 7 hari. Bencana Angin Ribut/Angin Topan/Angin Puting Beliung/Tsunami
4. Bantuan diberikan selama 3 hari. Bencana Alam Gempa Bumi
5. Bantuan diberikan selama 5 s/d 10 hari. Bencana Alam Letusan Gunung Api
6. Bantuan diberikan selama 5 s/d 10 hari. Bencana Alam Kekeringan / Kekurangan Pangan Bantuan diberikan selama 15 s/d 30 hari.

Berdasarkan hasil Rapat Kerja dengan Bakornas maka kegiatan Tanggap Darurat Penanganan Bencana Alam Banjir di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten telah selesai dan selanjutnya memasuki Tahap Pasca Bencana. Mengingat besarnya kejadian banjir dan korban yang menderita, maka Departemen Sosial membantu pemerintah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten untuk menangani bencana banjir tersebut.

II. UPAYA YANG DILAKUKAN DEPARTEMEN SOSIAL
A. PRA BENCANA
Depsos telah memberikan bantuan kesiap siagaan pada seluruh propinsi dalam menghadapi musim hujan tahun 2007, melalui APBN dan APBN-P tahun 2006 berupa bantuan permakanan, sandang, evakuasi kit dan anggaran dekonsentrasi khusus untuk penanggulangan bencana tahun 2007.
B. TANGGAP DARURAT BENCANA

1. Mendirikan posko lapangan khusus menangani banjir di DKI Jakarta, jawa barat dan Banten.
2. Mobilisasi taruna siaga bencana (tagana) dari luar DKI Jakarta
* Tagana prov. Jawa timur 60 orang
* Tagana prov. Jawa tengah 50 orang
* Tagana prov. Sumut 12 orang
* Tagana dari unsur fk-psm 30 orang
* Tagana pusat 30 orang
* Tagana dari unsur ormas 25 orang
3. Memberikan tambahan bantuan kendaraan siaga bencana kepada pemerintah DKI Jakarta rescue tactical unit (rtu) sebanyak 4 unit untuk wilayah jaktim, jakbar, jakut dan jaksel.
4. Mengoperasikan unit siaga bencana berupa mobil rtu 6 unit, truk 5 unit, tangki air 2 unit
5. Mengoperasikan tambahan perahu evakuasi sebanyak 25 unit beserta perlengkapannya.
6. Mendirikan dapur umum lapangan di kantor Departemen Sosial yang menyediakan makanan sebanyak 5.000 bungkus per hari.
7. Menteri sosial bersama DPR mengadakan kunjungan langsung ke 5 wilayah yang terkena banjir (jakpus, jaktim, jakut, jakbar dan jaksel) bantuan berupa sandang, family kit dan kid ware.
8. Pada tanggal 8 pebruari menteri sosial juga memberikan bantuan ke ciledug-tangerang Banten berupa sandang, family kit dan kid ware.
9. Mendistribusikan barang-barang bantuan baik berupa permakanan, sandang dan kebutuhan lainnya melalui dinas sosial/kesos dengan terus berkoordinasi dengan satkorlak.
10. Mendistribusikan bantuan kepada posko-posko yang dikelola masyarakat dan organisasi sosial.
11. Menyediakan stock barang bantuan di posko lapangan Depsos ri. Berupa 3.000 dos mie instan, dan 10 ton beras.
12. Pada tanggal 10 pebruari 2007 departemen sosial telah memberikan bantuan bagi posko penanganan bencana di DKI Jakarta; rawa buaya dan semper barat, di Banten; pondok bahar - ciledug, masing-masing berupa mie instan 100 dos dan beras 500 kg.
13. Proses penanganan tanggap darurat di DKI Jakarta, jabar dan Banten akan terus dilanjutkan sampai keadaan normal pulih seperti semula selama masa tanggap darurat.
14. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memperkirakan pada tanggal 9 s.d 12 pebruari 2007 di wilayah Jakarta dengan intensitas ringan-sedang kadang hujan lebat+petir pada sore hari dan malah hari. Bogor; hujan dengan intensitas ringan sampai lebat pada sore dan malam hari, tangerang; hujan dengan intensitas ringan sampai sedang kadang lebat+petir pada sore dan malam hari, bekasi; hujan dengan intensitas ringan sampai sedang kadang hujan lebat+petir pada sore dan malam hari. Kewaspadaan terhadap bencana banjir masih diperlukan meskipun di beberapa wilayah intensitas hujan menurun.
15. Sejak tanggal 9 pebruari 2007 melalui bumn, tni/polri dan unsur masyarakat telah dilaksanakan proses pembersihan puing-puing/sampah akibat banjir di wilayah DKI Jakarta.
16. Departemen Sosial pada tgl 10 pebruari 2007 telah menyalurkan bantuan sebanyak 1,5 ton beras dan 600 dos mie instans yang ditujukan kepada posko hmi di 6 titik.
17. Mulai tanggal 10 pebruari 2007 tagana jawa tengah sebanyak 50 orang telah kembali ke daerah asalnya/masing-masing.
18. Bersamaan dengan itu pula pada tanggal 11 pebruari telah bergabung kembali anggota tagana sebanyak 50 orang yang berasal dari unsur-unsur organisasi masyarakat (pii, baguna, simpatik, fk-psm) yang telah mengikuti pelatihan tagana melalui dana Departemen Sosial ri tahun 2006.
19. Melihat situasi tanggap darurat penanganan banjir di jabodetabek semakin pulih, maka posko Depsos yang membantu penanganan tanggap darurat banjir tersebut, mulai hari ini 12 pebruari 2007 untuk sementara dihentikan.



Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

WASPADAI POTENSI AKTIFNYA PATAHAN LEMBANG

salam relawan... salam Tagana.. 
    
Warga di permukiman wilayah selatan Cekungan Bandung diminta waspada terhadap potensi terjadinya gempa tektonik. Daerah selatan merupakan titik terawan di wilayah Bandung dan sekitarnya. Potensi kerusakan di daerah itu sangat besar.

Ditemui di sela-sela kunjungan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ke Institut Teknologi Bandung (ITB), Kepala Pusat Mitigasi Bencana ITB I Wayan Sengara menepis anggapan bahwa Bandung dan sekitarnya adalah daerah yang aman dari potensi gempa.

Menurut Wayan, yang terjadi justru sebaliknya. Potensi kerentanan gempa di Cekungan Bandung hampir setingkat dengan wilayah DI Yogyakarta.

"Berdasarkan survei risk assesment process yang bersumber dari peta mikrozonasi Kota Bandung, didapatkan data bahwa kawasan Bandung ini memiliki tingkat kerentanan sedikit di atas medium, yaitu 3-4 (dari skala enam)," ujar Wayan, Kamis (22/3).

Daerah yang paling rawan, lanjut Wayan, khususnya ada di selatan, yaitu mulai dari Gedebage sampai Soreang. "Meski tidak separah di Aceh dan Sumatera Barat, potensi itu tetap ada," ujarnya. Danau purba

Wayan menjelaskan, penyebab tingginya tingkat kerawanan di wilayah selatan Cekungan Bandung adalah kondisi geografis wilayah itu.

Cekungan Bandung, kata Wayan, yang notabene adalah eksdanau purba pada ribuan tahun silam-memiliki struktur tanah yang labil. Di wilayah itu, tanah lempung menjadi bahan utama penyusunnya.

Bila terjadi gempa, meski skala magnitudenya kecil, yaitu antara 5-6, cukup untuk meluluhlantakkan kawasan Bandung selatan. Bandung Kulon

Wayan menjelaskan, berdasarkan data mikrozonasi, kawasan Bandung Kulon, Lengkong, Cicadas, Arcamanik, Ujungberung, hingga Cibiru berada dalam zona building damage (kerusakan bangunan) tinggi, yaitu pada skala 70-80. Padahal, normalnya di bawah 50.

Anggota Masyarakat Geografi Indonesia T Bachtiar membenarkan pendapat Wayan. Bachtiar mengatakan, Bandung dan sekitarnya tidak terbebas dari potensi bencana gempa tektonik.

Karakteristik materi tanah penyusun yang berupa lempung, menurut Bachtiar, akan mengakibatkan getaran gempa berpotensi semakin keras terjadi di wilayah selatan Cekungan Bandung.

Bachtiar meminta masyarakat agar waspada terhadap keberadaan patahan Lembang di utara Bandung. Patahan yang berakhir di Cimerta dan Sungai Citarum ini diyakini mampu melepaskan energi meski ratusan hingga ribuan tahun lalu tidak lagi aktif.

Kondisi yang membahayakan dan patut diwaspadai ini adalah kenyataan karena adanya interkoneksi sesar dengan patahan Cimandiri di Palabuhanratu, Sukabumi.

"Patahan Cimandiri ini membujur dari Ujunggenteng sampai ke Padalarang. Jika patahan ini aktif, akibat dipicu gempa subduksi sebesar 6-7 skala Ritcher di lempeng benua Samudra Hindia, misalnya, bukan tidak mungkin akan berimbas ke patahan Lembang," kata Bachtiar.

Jika hal itu terjadi, menurut Bachtiar, akibatnya bagi Bandung akan sangat mengerikan.

Untuk mengatasi dampak buruk dan potensi bencana yang mungkin akan timbul, Wayan menyarankan perlu dilakukan penyesuaian kebijakan tata ruang wilayah dan desain.

Hal itu, kata Wayan, khususnya dalam pembuatan bangunan. Seyogianya pembuatan bangunan berorientasi pada struktur tahan gempa.

"Kebijakan ini patut dicermati khususnya dalam konteks pembangunan kawasan primer kedua Gedebage yang tengah digarap sekarang," kata Wayan. (jon) di sadur ulang dari post tagana bandung

Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

5 W 1 H TAGANA INDONESIA

salam relawan... salam Tagana.. 


MENJADI RELAWAN PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT YANG CERDAS & BERMARTABAT, DI BIDANG BANTUAN SOSIAL.


MISI :

1.MEMBERIKAN PEMBEKALAN & PEMANTAPAN YANG CUKUP PADA ANGGOTA DALAM HAL BANTUAN SOSIAL. KHUSUSNYA KETEPATAN DAN KECEPATAN DISTRIBUSI LOGISTIK SAMPAI PADA KORBAN DALAM SEGALA MEDAN.

2. MELAKUKAN PENJENJANGAN SESUAI DENGAN KOMPETENSINYA UNTUK MENJADI TAGANA MUDA, TAGANA MADYA, TAGANA UTAMA.

3. MENSOSIALISASIKAN KONSEP MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT PADA SEMUA KALANGAN, MELALUI PENYULUHAN, SIMULASI & AKSI LAPANGAN SESUAI POTENSI/ KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SETEMPAT.

4.MEMBERIKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA PADA PARA ANGGOTA DALAM RANGKA MENINGKATKAN KAPASITAS PIKIRNYA.

bencana alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka[1]. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika


diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang
Tentang TAGANA (Taruna Siaga Bencana
TAGANA, adalah suatu organisasi sosial yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang berbasiskan masyarakat. Pembentukan TAGANA merupakan suatu upaya untuk memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis masyarakat. Keberadaan TAGANA selama seitar 4 tahun ini telah banyak melakukan kegiatan kemanusiaan dalam bencana dan kegiatan kesejahteraan sosial yang akhirnya menjadi salah satu organisasi yang diterima oleh masyarakat.

Selain itu hampir semua anggota TAGANA telah mengikuti pelatihan dibidang penanggulangan bencana dan bidang kesejahteraan sosial, menyebabkannya mampu melaksanakan aneka peranan di bidang penanggulangan bencana. Sebagai suatu organisasi, TAGANA mampu mengembangkan program dan kegiatannya secara berkelanjutan.


VISI TAGANA :
Menjadikan TAGANA sebagai relawan Penanggulangan Bencana berbasis masyarakat yang bermartabat dan handal di bidang bantuan sosial.

MISI TAGANA :

1. Membekali keahlian yang cukup melalui pendidikan dan pelatihan secara periodik sesuai jenis-jenis bencana.
2. Meningkatkan inovasi dalam penanggulangan bencana dengan memanfaatkan potensi dilingkungannya.
3. Memberikan pemahaman tugas pokok dan fungsi TAGANA dalam penanggulangan bencana.

Prinsip Penanggulangan Bencana

1. Prinsip :

* One Comand (Satu Komando)
* One Rule (Satu Aturan)
* One Corps/Unity (Satu Korsa/Unit)

2. Moto TAGANA :

* "We are the first to help and care"

3. Slogan TAGANA :

* Sigap Tanggap


TAGANA melakukan kegiatan pada semua fase siklus bencana tetapi yang utama adalah pada saat sebelum bencana terjadi, yaitu Tahap Kesiapsiagaan (sesuai dengan nomen kaltur Taruna Siaga Bencana).

Peran TAGANA Dalam Penanggulangan Bencana Bidang Bantuan Sosial

* Peran TAGANA adalah pelaku pertama sebagai komunikator, motivator, dinamisator dan fasilator.
* Selanjutnya pelaku kedua adalah masyarakat itu sendiri.


Apa Yang Dilakukan TAGANA

1. Pra Bencana

* Melakukan pendataan wilayah rawan bencana dimana yang bersangkutan berada
* Melakukan kajian dan analisa resiko bencana
* Melakukan penyuluhan
* Melakukan pelatihan
* Menghimpun potensi dan sumber-sumber serta peralatan
* Melakukan penguatan jaringan informasi dan komunikasi
* Menyusun rencana aksi
* melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi

2. Saat Bencana

* Mengaktifkan semua sistem
* Menghimpun data dan informasi
* Mengerahkan semua potensi
* Menyalurkan bantuan
* Melakukan antisipasi dampak bencana lanjutan
* Menyiapkan bantuan lanjutan

3. Pasca Bencana

* Membuat catatan dan seleksi dampak bencana
* Menyusun rencana rehabilitasi
* Melakukan kajian dampak bencana
* Melakukan rujukan
Kecakapan Khusus

A. SATGAS POSKO PB
 
Satgas Posko adalah personel Penanggulangan Bencana dengan Pengugasan Khusus sebagai petugas Posko Penanggulangan Bencana bidang bantuan sosial yang bertugas pada saat pertama bencana terjadi.

Tugas utama dari satgas ini adalah mendirikan dan mengelola Posko Penanggulangan Bencana serta mengintegrasikan seluruh potensi ke poskoan lainnya yang terkait dengan bantuan sosial.


B. TIM REAKSI CEPAT

TRC adalah tim yang dibentuk pada saat pertama setelah bencana terjadi. Tugas utama dari TRC adalah melakukan kajian situasi, kajian kebutuhan, kajian tujukan dan kajian penanganan lanjutan serta evaluasi atas suatu peristiwa bencana dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. TRC mengkoordinir semua data dan informasi dari berbagai sumber yang menangani penganggulangan bencana pada saat itu.

Hasil hasil yang telah dihimpun oleh TRC diserahkan kepada para pengambil keputusan (termasuk Manajer Bencana dan Posko) sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

C. SATGAS LOGISTIK



Satgas Logistik adalah Tim yang dibentuk untuk penugasan dibidang pengumpulan potensi dan sumber sumber bantuan serta pendistribusiannya untuk penanggulangan bencana.

Tugas utama adalah pengelolaan bantuan pada saat pertama bencana terjadi untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana berdasarkan kaidah manajemen logistik.

D. SATGAS RESCUE



Adalah Satuan tugas dengan keahlian bidang penyelamatan untuk penanggulangan bencana bidang bantuan sosial.

E. SATGAS PELAYANAN SOSIAL KEMANUSIAAN



Adalah Gugus Tugas Khusus untuk urusan khusus sosial kemanusiaan atau humanitarian dengan keahlian seperti : Psiko Sosial, Pelayanan khusus Lansia, Anak Penyandang Cacat dan Tugas kemanusia lainnya terutama pada fase saat dan setelah bencana.


ARTI LAMBANG TAGANA



*
Bingkai berbentuk Burung Hantu berwarna merah bermakna Perisai Kesiagapan.
* Warna hitam bermakna ketermarjinalan
* Lingkaran Merah bermakna keberanian
* Lingkaran Putih bermakna keyakinan
* Empat penjuru mata angin putih dan biru bermakna memberi pertolongan untuk sesama berdasarkan ketuhanan tanpa perbedaan
* Gambar pena warna orange empat penjuru bermakna kecerdasan (smart)
* Gambar segitiga berwarna orange adalah lambang penganggulangan bencana dunia
* Lingkaran Merah didalah adalah bendera Indonesia
* Tulisan Sigap Tanggap bermakna ketepatan bertindak dengan sikap bijak

Jadi makna lambang TAGANA adalah "Bersikap siaga untuk menghadapi masalah-masalah ketermarjinalan berdasarkan kaidah-kaidah penanggulangan bencana untuk menolong sesama dengan cara-cara yang tepat, cerdas dan bijaksana yang dilakukan secara ikhlas dan sukarela berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".

LOGO - LOGO KECAKAPAN

1. SATGAS POSKO PB
 
 

*
Bingkai Segitiga dengan kerucut bermakna kepekaan terhadap situasi bencana yang terjadi pada saat itu.
* Warna Hihau melambangkan kondisi normal.
* Warna Merah melambangkan kondisi abnormal (luar biasa).
* Warna Putih dalam lingkaran bermakna kenetralan.
* Gambar Kilat berwarna merah bermakna kecepatan bertindak untuk suatu keadaan darurat.
* Warna Kuning dengan tulisan Satgas Posko PB bermakna kesiapsiagaan.


2. TIM REAKSI CEPAT



Bingkai Oval bermakna lentur/kenyal, artinya TRC bersigat fleksibel.
* Gambar Segitiga berwarna orange ditengah adalah lambang penanggulangan bencana dunia.
* Lingkaran Merah Putih adalah bendera Indonesia.
* Lingkaran hitam dengan tulisan Penanggulangan Bencana Indonesia bermakna suasana kelam karena suatu bencana.
* Lingkaran Merah, Kuning dan Hijau adalah fase tanggap darurat, kesiagapan dan rehabilitasi
* Warna Biru dominan ditengah lingkaran bermakna misi yang diemban TRC adalah Humanisme/Kemanusiaan.
* Gambar 8 anak panah bermakna 8 unsur pengkajian yaitu : persiapan, pengumpulan data, identifikasi, interpresentasi, analisis, prakiraan, pelaporan dan monitoring.

3. SATGAS LOGISTIK



Bingkai Segitiga adalah lambang Penanggulangan Bencana Dunia.
* Garis Biru pada 8 titik bermakna penopang, artinya logistik sangat diperlukan untuk menopang seluruh aktivitas penanggulangan bencana.
* Guci berwarna biru bermakna tempat menimpan segala potensi dan sumber-sumber bantuan.
* Gambar bintang berwarna putih bermakna secercah harapan untuk menolong sesama.

4. SATGAS RESCUE



*
Warna Dasar Merah adalah bermakna konsisi darurat atau bahaya
* dengan tulisan putih "RESCUE" yang bermakna pertolongan bagi sesama tanpa diskriminasi (Netral).




5. SATGAS PELAYANAN SOSIAL KEMANUSIAAN
(HUMANITARIAN)



*
Warna dasar lambang adalah putih yang bermakna ketulusan/keikhlasan.
* Warna Cakra vertikal dan horizontal adalah biru yang bermakna kemanusiaan (Humanisme).
* Warna Biru pada garis pinggir segi empat bermakna perlindungan (Protected).

6. GUGUS TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA
BIDANG BANTUAN SOSIAL



*
Segitiga berwarna Orange ditengah adalah lambang Penanggulangan Bencana Dunia (Internasional).
* Warna dasa Putih ditengah adalah bermakna kenetralan
* Warna merah berbentuk lingkaran dibagian paling dalam adalah bermakna responsif aktif untuk segala situasi bencana
* Lingkaran berwarna merah putih adalah bermakna Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia
* Lingkaran luar berwarna hitam dengan tulisan Penanggulangan Bencana Indonesia adalah bermakna ikatan



                                    Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

membangun jaringan KOMLEK dalam penanganan Emergency respon secara terpadu

salam relawan... salam Tagana..

Sederhana saja, mencoba meninjau kembali cara-cara
berkomunikasi seperti apa yang cukup tepat untuk
dilakukan pada saat-saat darurat. Setidaknya ada tiga
prinsip komunikasi yang bisa terjadi:

1. point to point

Komunikasi di sini berlangsung dua arah antara satu
dengan satu yang lain. Masing-masing, antara pengirim
pesan dan penerima pesan harus menggunakan sarana dan
medium yang sama. Misal, pembicaraan antara dua orang
secara langsung (tatap muka), memakai telepon, atau
HP. Isi komunikasi yang terjadi pun sangat tertutup.
Pihak di luar kedua orang itu akan sangat terbatas
aksesnya terhadap informasi yang dikomunikasikan.
Kalaupun setelah itu keduanya mengomunikasikan hal-hal
yang dibahas sebelumnya kepada khalayaknya/ orang lain,
ada kemungkinan terjadi bias, penambahan, serta
pengurangan informasi yang disebarluaskan.

2. point to multipoint

Komunikasi di sini berlangsung dari satu pihak dan
diteruskan hingga bisa dicandra oleh banyak orang.
Gambarannya seperti orang ceramah, suara kentongan,
siaran radio, dan televisi. Informasi yang tersiar
bisa tersampaikan langsung kepada lebih banyak orang.
Namun, model ini merupakan komunikasi satu arah.
Termasuk ketika sesi interaktif dilangsungkan, ketika
penikmat siaran radio atau televisi bisa menyampaikan
pesan yang bisa disebarluaskan melalui media tersebut,
komunikasi yang terjadi dengan khalayak penyandra
media tersebut tetap berlangsung satu arah.

3. multipoint to multipoint

Komunikasi di sini berlangsung antara beberapa pihak
secara bersama-sama. Gampangnya seperti ngobrol
bareng. Sumber informasi bisa dari siapapun dan bisa
dicandra oleh siapapun juga. Oleh karenanya, data dan
informasi yang terkemas dan tersebar akan segera
terverifikasi dan tervalidasi. Komunikasi model ini
misalnya berlangsung melalui forum langsung (tatap
muka), radio komunikasi (Rig, HT), conference instant
messenger.

Semua jelas memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing-masing. Maka dari itu, dipilihlah istilah
“tepat guna” untuk memilih model komunikasi
seperti apa yang bisa dibangun untuk menanggapi
situasi darurat. Dari obrolan dengan Mz Nasir, deputi
direktur kantorku, terpetakanlah tiga model komunikasi
di atas. Itu semua berangkat dari beberapa kasus dan
pengalaman yang kebetulan sudah dia dan kami alami.
Dan ternyata, canggih belum tentu bisa menjawab apa
yang sebenarnya kita butuhkan.


Beberapa bulan lalu kami dimintai tolong oleh
valunter untuk memfasilitasi pendirian radio komunitas
di kawasan bencana.Kawasan ketika semua jalur encom
putus maka cara tepat dan emergency lewat kumunikasi
freqwensi barulah bila kondisi memungkinkan kita juga
mengunakan hp.
Ketika ditanya dengan apa biasanya mereka
berkomunikasi satu sama lain. Mereka bilang dengan
mantap, “Jelas pakai HP, donk!”. Memang, HP di
kawasan ini sudah cukup tersebar merata dimiliki
penduduk hingga pelosok kawasan sekalipun. Bisa
dibilang, dari 10 KK, 8 KK pasti memiliki alat
komunikasi HP. Intensitas pemakaiannya pun tergolong
cukup tinggi, ratusan ribu hingga satu juta rupiah
sebulan untuk biaya pulsa. Tak ketinggalan ketika
mereka meronda, komunikasi pun dilakukan dengan
memakai HP. “Lalu, bagaimana jika situasinya
genting?”. Mereka hanya punya HP dan jelas harus
menelepon satu per satu ketika terjadi peristiwa
penting, seperti ancaman serangan gajah, termasuk
untuk koordinasi.
Ketika ditanya, “Kenapa tidak memakai radio
komunikasi, HT?”. Penampilan HT yang berukuran besar
menjadi masalah. Gampangnya, mending pakai HP saja,
lebih cepat. Namun, apakah benar bisa lebih cepat.
Mungkin juga karena hampir setiap orang memegang HP
dan bisa langsung mengontak yang lain ketika
diperlukan. Namun, apakah cukup efisien untuk
koordinasi yang lebih luas, dan cepat? Dengan HP,
masing-masing orang harus menelepon atau meng-SMS
orang satu per satu. Dengan menelepon, pembicaraan
hanya bisa terjadi di antara dua orang. Dengan SMS,
orang harus menunggu jawaban, tidak serta merta.

Hanya ada tiga HT pascagempa Sumatera
Bumi bergoyang di pesisir selatan Sumatera pada 12-13
September 2007 lalu, dan masih disusul dengan sejumlah
rangkaian gempa yang setara. Bahkan hingga saat
tulisan ini ditulis, baru saja terjadi gempa lagi
Painan, Sumatera Barat. Cukup besar, 5.2 skala
Richter. Muko-Muko, Bengkulu Utara menjadi tempat
pertama yang bisa dijangkau oleh tim, yang datang
untuk mengaktifkan akses internet di lokasi bencana
agar koordinasi bisa terbantu. Namun, tak tahu harus
bilang apa ketika melihat situasi di lapangan, hanya
ada 3 HT untuk kawasan satu kabupaten itu.

Penduduk setempat sudah mengungsi ke daerah perbukitan
di pedalaman, jauh dari pantai. Radius lima
pengungsian besar sekitar 15 km dari pusat kota
Muko-Muko. Posko Mediacenter yang didirikan di
Muko-Muko dan terakses dengan internet menjadi
satu-satunya sumber informasi gempa. Semua pihak ;
aparat dan warga, mengacu pada data BMG yang bisa
diakses dengan cepat di posko ini. Aparat
menyebarkannya dengan HP GSM masing-masing, yang juga
digunakan untuk koordinasi. Sementara, warga harus
bolak-balik kota dan pengungsian jika ingin melihat
data dan informasi gempa terbaru. Dan gempa susulan
pun masih susul-menyusul.
Sebagian warga masih ada yang bertahan di permukiman
mereka, tetapi tidak ada yang berani tinggal di dalam
rumah. Mereka memasang tenda di halaman rumah
masing-masing. Listrik pascagempa masih bisa menyala,
walaupun hanya beberapa jam saja sehari. Satu-satunya
sumber informasi yang mereka bisa akses adalah
televisi. Ketika gempa datang dan bantuan belum tiba,
mereka pun tak tahu apa pun, karena televisi itu hanya
menyiarkan informasi umum skala nasional. TV tak
selalu tahu apa yang terjadi di daerah mereka.
Padahal, informasi gempa diperlukan setiap saat di
lokal tersebut.

Darurat; perlu cepat, murah, merata, dan lokal
Sebelum membangun sistem informasi untuk penanganan
situasi darurat, kita memang harus tahu lebih dahulu
esensi dari situasi darurat, yaitu keadaan genting
yang memerlukan penanganan secepatnya. Ketika situasi
darurat terjadi, komunikasi yang baik sangat
diperlukan agar penanganan yang dilakukan bisa
efektif. Jika tidak maka yang terjadi adalah kekacauan
karena setiaporang bertindak berdasarkan versi
informasi yang ia dapat. Tak ada waktu banyak untuk
memverifikasi dan memvalidasi informasi yang didapat.
Begitu mendengar kabar ada air datang, semua lari naik
ke bukit, ternyata tidak terjadi tsunami dan mereka
kembali pulang. Begitu berulang-ulang. Cyape' de...
Jadi ingat ketika gempa terjadi di Yogya setahun yang
lalu. Semua panik mendengar kabar air laut naik ke
daratan. Ribuan orang lari ke utara, bahkan ada yang
hingga ke kaki gunung. Orang daerah lain yang
sebenarnya tinggal di kawasan perbukitanpun ada yang
lari mencari gunung untuk didaki. Mz Nasir punya
pengalaman, ketika itu dia cuma berusaha langsung
mencari informasi di mana pusat gempa. Begitu tahu
pusat gempa ada di selatan, paling tidak dia sudah
tahu akan menghindar ke arah mana jika terjadi hal
yang lebih buruk. Lebih jauh dari itu, informasi dari
berbagai sumber, terutama radio siaran tetap dipantau.
Kabar bahwa air di pantai selatan tak naik bisa
diketahui dan tak perlu panik karenanya. Langsung saja
radio di mobil diputar keras-keras agar orang-orang
yang berkumpul di sekitarnya dengan panik bisa ikut
mendengarkan kabar itu tanpa kemudian terus panik.
Temen-temen tim lain yang saat gempa di Yogya
kebetulan membawa HT pun juga terus memantau kabar dan
menyebarkan ke orang-orang di sekitarnya bahwa air tak
naik. Sekali rengkuh, banyak orang langsung tahu
informasi.

Memetakan Kebutuhan, Menentukan Media
Dari pengalaman-pengalam an itulah kemudian
terpetakanlah model-model komunikasi yang bisa
dikembangkan menghadapi situasi dan kondisi darurat.
Semua model bisa direncanakan jika kita sudah bisa
memetakan keadaan wilayah dan kebutuhan. Memang pada
saat ini sudah ada banyak media berteknologi canggih
yang bertebaran dan mudah diakses masyarakat, seperti
HP, telepon, hingga komputer terkoneksi internet.
Namun, untuk menghadapi skenario darurat maka kita pun
harus siap dengan skenario terburuk pula. Di masa
“tenang” kita bisa puas dengan komunikasi via HP
dan komputer terkoneksi internet, yg murah, cepat, dan
canggih. Namun, yang canggih ini belum tentu tepat
digunakan pada situasi darurat.
Pada intinya, semua infrastruktur setiap model
komunikasi yang ada idealnya bisa dipersiapkan sejak
awal. Model komunikasi point to point yang intensif
pada situasi darurat jelas hanya akan efektif di
tataran penentu kebijakan. Namun, komunikasi point to
point tidak efektif digunakan untuk komunikasi dalam
sistem peringatan dini. Sama sekali tidak efisien dan
mahal. Bayangkan jika harus menelepon satu per satu
orang untuk memperingatkan bahwa dalam beberapa menit
akan datang tsnumai menerjang kota.
Model komunikasi point to multipoint akan baik
digunakan untuk menyebarluaskan informasi kepada
khalayak. Komunikasi yang terbangun memang searah,
tetapi akan ada lebih banyak penerima pesan yang bisa
menangkap pesan. Sesuai karakternya sebagai media
siaran, penyebarluas tanda, model komunikasi ini
sangat kuat pada fungsi pemberitahuan semata;
mengumumkan bahwa telah terjadi kondisi tertentu yang
menuntut tindakan tertentu. Model komunikasi ini tidak
cukup intensif untuk mendukung koordinasi di lapangan,
terutama jika dihadapkan dengan sistem peringatan
dini.
Model komunikasi yang akan cukup efektif digunakan
pada situasi darurat dan memenuhi fungsi koordinasi
adalah model komunikasi multipoint to multipoint. Di
sini, pengirim dan penerima pesan adalah jamak, dan
juga serentak, satu waktu. Informasi yang tersebarkan
secara otomatis bisa langsung terverifikasi dan
tervalidasi karena komunikasi bisa berjalan dua arah.
Setiap point yang terlibat di sini pada akhirnya
menjadi access point untuk model komunikasi point to
multipoint atau point to point di wilayahnya
masing-masing. Tak menutup kemungkinan pula, dari
masing-masing point yang terlibat, bisa meneruskannya
ke model komunikasi multipoint to multipoint lainnya.
Di sini, sarana berupa internet dan radio komunikasi
(HT) menjadi pilihan. Namun, di situasi darurat
tampaknya tidak bisa terlalu mengharapkan keberadaan
koneksi internet yang tentu saja membutuhkan prasyarat
keberadaan infrastruktur yang lebih banyak. Jaringan
telepon, antenna, hingga infrastruktur internet
service provider lainnya sangat mungkin juga terkena
imbas bencana; rusak. Belum lagi ketika listrik padam.
Walaupun bisa menghidupkan komputer dengan tenaga
listrik dari generator, belum tentu bisa terkoneksi
dengan internet karena dengan GPRS pun belum tentu
bisa memperoleh sinyal. Dalam kondisi terburuk, paling
tidak harus ada akses langsung ke satelit dengan VSAT
(Very Small Aperture Terminal).

Membangun sistem informasi yang terpadu dan mengakar
Namun, pada dasarnya di sini tidak mencoba menghakimi
model komunikasi mana yang lebih baik daripada yang
lain. Sesuai dengan tujuannya, memetakan, maka di sini
hanya mencoba memilahnya sesuai dengan fungsi yang
tepat. Secara umum, semua model komunikasi itu bisa
digunakan dan bisa saling mendukung jika digunakan
pada konteks yang tepat.

Pada saat ini tim aku dan beberapa kawan lain
kebetulan sedang membangun sebuah sistem informasi
darurat untuk kondisi pascabencana (walaupun belum
bisa dipastikan apakah ini sudah berakhir) di
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. maka muncul tim
tim lain yang membangun infrastruktur penyedia koneksi
internet dengan menggunakan VSAT. Sebuah media center
di lokasi bencana dibangun dan di situ data-data gempa
terkini dan informasi peringatan dini lainnya bisa
diakses. Piranti lunak yang dikembangkan sebagai
sistem peringatan dini dengan mengacu pada data Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) pun menjadi acuan
warga dan aparat setempat untuk mengambil tindakan
yang tepat jika diperlukan.

Konvergensi Radio Komunitas, Transceiver VHF, SMS
Gateway, dan internet
Sistem canggih itu tak akan ada artinya jika hanya
berhenti sampai di situ. Media center hanya bisa
dibangun di satu atau dua lokasi saja karena
keterbatasan alat yang jauh dari murah itu. Alhasil,
masyarakat yang jauh dari media center pun bisa-bisa
tidak tahu apa-apa mengenai itu semua. Jika memaksakan
mau memakai komunikasi point to point dengan
menggunakan HP, sekali lagi tidak efektif, mahal, dan
belum tentu ada sinyal layanan selular di setiap
pelosok wilayah. Oleh karena itu, tim yang lain
membangun sistem informasi dan komunikasi dengan
menggunakan radio siaran serta radio komunikasi. Radio
komunitas atau radio siaran swasta yang ada di lokasi
bencana dihidupkan sebagai access point penyebarluas
informasi darurat. Studio radio bisa dihidupkan dengan
tenaga listrik dari generator jika listrik padam.
Sementara, pesawat radio penerima bisa cukup
menggunakan baterai dan bisa dipantau oleh masyarakat
sewaktu-waktu. Prinsip point to point lain, sekaligus
point to many (jika dihubungkan ke website), adalah
pemakaian sistem SMS gateway. Warga bisa mengirimkan
SMS untuk memberi informasi atau meminta informasi ke
posko. Pesan-pesan SMS itu juga bisa tertampilkan di
layar website.

Cara lain yang ditempuh adalah dengan menggunakan
radio komunikasi, berupa RIG atau HT. Peralatan
tersebut digunakan pula untuk menyebarluaskan
informasi darurat, sekaligus sebagai sarana
koordinasi. Koordinasi di sini bisa berupa koordinasi
untuk peringatan dini dan evakuasi. Tetapi, koordinasi
juga bisa dilakukan untuk kepentingan distribusi
bantuan. Alat yang diperlukan tidaklah terlalu mahal
jika dibandingkan dengan saraan komunikasi yang lain.
Bahkan sangat mudah dihidupkan hanya dengan
menggunakan tenaga listrik dari generator untuk RIG
dan baterai untuk HT. Setelah itu, komunikasi bisa
dilakukan setiap saat. Jika bermaksud agar jangkauan
komunikasi bisa lebih luas, cukup diakali dengan
antenna yang mencukupi kebutuhan. Di lapangan saat
ini, bahkan HT digunakan oleh tim kami dan pengelola
radio komunitas sebagai alat untuk melakukan wawancara
dengan warga dan disiarkan langsung melalui radio.


Oleh tagana 16050458 Ibrahim da silva
 



Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

engungsi letusan gunung kelud Ngotot Pulang, Relawan kebencanaan Kewalahan

 catatan kecil TRC TAGANA JATIM di Gonjang ganjing Gunung Kelud

salam relawan... salam Tagana.
 
KEDIRI, MINGGU 
Tenaga sukarelawan  ( Tagana, Satgana, Sar, BSMI, PMR dll )
merasa kewalahan menghadapi para pengungsi bencana letusan Gunung Kelud yang pulang meninggalkan tempat-tempat pengungsian. "Kami sudah kesulitan meyakinkan para pengungsi untuk tidak pulang, meskipun sampai saat ini Gunung Kelud tetap berbahaya," kata TRC Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jawa Timur, Ibrahim Da silva di Ngancar, Kabupaten Kediri, Minggu (4/11).
kami mengaku tidak bisa berbuat banyak manakala para pengungsi yang pulang itu beralasan untuk memberi pakan ternak. Warga yang tinggal di KRB I rata-rata membudidayakan sapi perah selain bertani nanas dan cengkeh.
Oleh sebab itu TRC Tagana Jatim mendesak agar Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri segera merealisasikan janjinya untuk mengungsikan binatang ternak sesuai dengan lokasi yang sudah dipetakan sebelumnya.

Menurut kami (TRC ), proses evakuasi warga yang dilakukan timnya Sabtu (3/11) sore amat rumit lantaran sirine di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar tidak berbunyi.

Warga KRB I tetap menganggap bunyi sirine sebagai tanda peringatan Gunung Kelud sebentar lagi akan meletus. Namun sirine itu tak kunjung berbunyi saat Gunung Kelud memasuki fase letusan.

Hal itu terjadi lantaran pengamat dan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telanjur panik dengan meninggalkan PPGA Margomulyo untuk mengamankan diri di Mapolsek Ngancar setelah menganggap terjadi letusan kecil di kawah Gunung Kelud tanpa terlebih dulu membunyikan sirine.

Bisa dibayangkan, bagaimana kacaunya suasana kemarin sore. Warga masih banyak yang di atas, sementara Tim Vulkanologi (PVMBG) sudah turun semua, demikian juga dengan petugas keamanan 

Sementara itu, sampai detik ini situasi di Desa Sugihwaras dan Desa Sempu terlihat lengang, meski ada beberapa orang pengungsi, terutama laki-laki yang pulang. 

"Tidak seperti biasanya, situasi pagi ini sepi sekali," ujar Darwanto, yang bertugas di Posko Sugihwaras.yang aku wawancari di pos pemantauan.

suasana di tempat-tempat pengungsian tidak seramai saat-saat Gunung Kelud mengalami kondisi kritis beberapa waktu sebelumnya.

Berdasar catatan Satlak PB Kabupaten Kediri, jumlah pengungsi pada Sabtu malam hingga pukul 21.00 WIB telah mencapai 1.335 kepala keluarga yang tersebar di beberapa lokasi pengungsian di empat kecamatan, Plosoklaten (147 KK), Wates (781), Puncu (126), dan Kepung (281).

Pada saat ini tercatat jumlah pengungsi yang sakit mencapai 79 orang dengan didominasi penyakit ISPA, diare, gastritis (lambung), dan malgia (pegal linu).
Sementara itu sebagian pengungsi memilih tinggal di rumah saudaranya ketimbang di tempat pengungsian yang kondisinya semakin semrawut.

Bu Sulasmi yang rumahnya berjarak sekitar delapan kilometer dari danau kawah Gunung Kelud  waktu aku wawancari di pos pantau "Kami memilih tinggal di rumah saudara di Ngadiluwih, biarkan bapaknya yang di tetap Margomulyo,"

      Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Warga Besuki Tolak Tinggalkan Jalur Tol Gempol-Surabaya

 Kilas balik catatan kecil TRC Tagana Jatim di pos pengungsian lapindo

salam relawan... salam Tagana..

Sejumlah 749 warga Dusun Besuk dan 200 warga Ginonjo, Desa Besuki, 
Kec Jabon, Sidoarjo, yang menduduki km 40-40,6 jalur tol Gempol-Surabaya sejak Jumat (15/9) malam, menolak meninggalkan lokasi jalan tol. Mereka bahkan mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan tol, sehingga jalan tol kedua arah terpaksa ditutup. 

Padahal Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, Sabtu (16/9), sudah ke lokasi dan berusaha secara persuasif meminta warga segera meninggalkan lokasi tol dan pindah ke pengungsian di Pasar Baru Porong (PBP). 

ketika saya tanya warga korban semburan lumpur Lapindo itu, bersikeras mengungsi di lokasi tol. Akhirnya Bupati yang datang ke lokasi didampingi Kepala Dinas ESDM Prop Jatim, Made Sutarya, tidak bisa memaksa.

Alasan warga bertahan di badan jalan tol, menurut Astuti (26), warga RT 1 RW 5 Dusun Besuk, karena tidak mau meninggalkan lokasi rumahnya terlalu jauh, mengingat harta-benda mereka masih di rumah masing-masing. 

Bahkan dia bersama warga lainnya akan tetap bertahan di tenda darurat di jalan tol sampai air lumpur yang menggenangi rumahnya mengering. 

Sedangkan Unaini (51 tahun), warga RT 3 RW 4 Dusun Ginonjo, enggan dievakuasi ke pengungsian PBP, karena menurut dia, di lokasi pengungsian menurut keterangan sudah penuh.

Berdasarkan pantauan kami dari kaca mata relawan bencana , lokasi pengungsian di jalan tol sama sekali tidak memadai. Apalagi bagi balita dan manula. Warga hanya menggunakan tenda-tenda dari terpal plastik yang terbuka kanan-kirinya. 

Ada sekitar 20 tenda yang dipasang di pinggir jalan tol sisi barat (arah Gempol-Surabaya). Masing-masing tenda ditempati sekitar tiga KK. 

Di tempat ini tidak tersedia fasilitas MCK, pos kesehatan, persediaan air bersih, dan fasilitas lainnya, karena memang bukan tempat pengungsian.
Ibrahim da silva, wakil Koordinator Posko Tagana Jatim di PBP bencana lapindo mengatakan, pihaknya sejak kemarin sudah melakukan pendataan warga Besuk dan Ginonjo yang dievakuasi, karena jebolnya tanggul pembatas antara penampungan lumpur di pond 4 dan pond 5. 

Jebolnya tanggul lumpur tersebut, juga merendam SDN 34 Desa Mindi, SDN 99 Desa Besuki, TK Dharma Wanita Persatuan, pondok pesantren, dan SMK Jawahrul-Ulum, Balai Desa Besuki, dan Makam Islam Desa Besuki.
Menurut Bino Mariono, petugas Satlak PBP, pihaknya sekitar pukul 12.15 WIB mengirimkan 760 bungkus nasi dan 25 dos air mineral. 

"Saat ini kondisi penampungan pengungsi di PBP masih cukup menampung warga Besuki, Mindi, dan Pejarakan, karena baru terisi 800 KK. Sedangkan yang masih kosong sebanyak 135 kios yang per kiosnya mampu menampung 10-15 jiwa atau 3-4 KK. Jadi warga tidak usah khawatir" keterangan aku (ibrahim ) yang  aku berikan pada wartawan Jakarta time, BBC dan RCTI sore ini di posko tagana jatim di pengungsian lapindo.
 
Kapolsek Jabon, Iptu Satuji dan Danramil Jabon Kapt Art Kasdjuri menginformasikan, sejak kemarin pihaknya siaga penuh untuk berjaga-jaga menghindari terjadinya konflik horizontal antar warga. Selain itu, pengaman juga dibantu Brimob Polda Jatim, Yonif 516 Sidoarjo, Yon Arhanudse Gedangan Sidoarjo. 

tetap pada data yang di update oleh ibrahim  TRC Tagana 
JATIM (pos Pengungsian lapuindo ),

saat ini ada 749 jiwa warga RT 1-4 RW 5 Dusun Besuk yang terdiri dari RT 1 sebanyak 51 KK/224 jiwa, RT 2- 44 KK/184 jiwa, RT 3- 50 KK/192 jiwa, dan RT 4- 40 KK/149 jiwa. Sedangkan warga Dusun Ginonjo sebanyak 38 KK/200 jiwa dari RT 3/RW 4.


Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Upaya pencarian korban ledakan pipa gas Pertamina di areal dekat semburan lumpur Lapindo kembali membuahkan hasil

salam relawan... salam Tagana..

 di sadur dari catatan harian TRC TAGANA JATIM di Lumpur lapindo medio 2007
 
Upaya pencarian korban ledakan pipa gas Pertamina di areal dekat 
semburan lumpur Lapindo kembali membuahkan hasil. Sekitar pukul 08.00 
kemarin, gabungan Tim SAR Mahameru Malang, Badan SAR Nasional 
(Basarnas) Surabaya, Taruna Siaga Bencana (Tagana) dengan TRCnya,
dan aparat TNI/Polri menemukan dua jasad korban.
Kedua korban itu adalah Kapten Hendro Priyono (Danramil Taman) dan 
Hartawan Adi Prasetyo alias Dodik (karyawan PT Guna Bangun Sarana). 
“Korban kami temukan menyangkut di pohon-pohon, dekat tanggul di 
depan pintu masuk menuju lokasi eks snubbing unit,” kata Koordinator Tim
 
Reaksi Cepat Ibrahim d silva dan Koordinator SAR 
TNI Letkol Inf Soedjono. 
 Saat ditemukan, kondisi jasad korban cukup mengenaskan. Kapten

Hendro 

hanya mengenakan celana panjang dengan luka terbuka sampai ke tulang


paha kanannya. “Tapi, sebagian besar jasadnya utuh.

semantara TRC dan SAR bahu membahu mecari korban yang lain. 

Diantaranya jasad Dodik ditemukan dalam keadaan berpakaian 

lengkap. Hanya, , sekitar 80 persen kulitnya melepuh. “Tapi, mungkin 

akibat tenggelam beberapa hari. Bukan akibat ledakan. Sebab, 
pakaiannya 
masih utuh,” 


Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 14.00, Tim SAR Dan TRC Tagana 

dan gabungan tim tim yang lain tersebut kembali menemukan jasad 

seorang korban atas nama Hario, karyawan PT Adi Karya. “Korban kami 

temukan dalam keadaan meninggal dunia dengan tubuh masih utuh, tidak 

jauh dari tempat jasad Kapten Hendro ditemukan.

Proses pencarian jasad ketiga korban cukup sulit. Sebab, lokasinya masih 

tergenang air dan lumpur. Menurut Soedjono, kedalaman genangan air bisa 
mencapai dua meter. Ketebalan lumpur bisa mencapai sekitar 1,5 meter.

“Untuk bisa menemukan jasad korban, kami harus mengaduk-aduk lumpur 

pakai ekskavator berponton,” “Ini seperti waktu kami menemukan jasad 

Pak Stefanus Prasetyo, yang dari Jasa Marga itu, tadi malam .

Dengan ditemukannya jasad Kapten Hendro, Dodik, dan Hario, jumlah 

korban tewas dalam insiden itu kini menjadi 11 orang. Sementara, korban 

yang dilaporkan hilang dan belum diketahui nasibnya masih dua orang 

lagi.
Yang satu adalah karyawan PNS Pemkot Surabaya Rudy Hari Triadi, warga 

Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera, yang juga tetangga Kapten 

Afandi (Danramil Balongbendo), korban tewas yang sudah dimakamkan 

sehari sebelumnya. Kemudian, yang seorang lagi belum diketahui 

identitasnya .  tidak tahu pasti identitas dua korban yang belum diketahui 

nasibnya itu. Tapi yang jelas, mereka semua orang sipil.

Satu di antaranya adalah tetangga Kapten Afandi,” 

,jika kedua korban yang belum diketahui nasibnya itu ternyata sudah 

tewas dan jasad mereka tertimbun endapan lumpur, sangat kecil 

kemungkinan jasad mereka dapat ditemukan.

, lumpur panas Lapindo yang meluber ke jalan tol, begitu mengendap 

dalam waktu sehari, langsung berubah menjadi sangat pekat. “Bisa jadi, 

jasad mereka terperangkap dalam timbunan lumpur,”.

Kendala lain, lanjutnya, adalah temperatur endapan lumpur yang masih 

cukup panas (sekitar 80 derajat Celcius). Dengan demikian, pencarian 

korban tak dapat dilakukan dengan cara menyelam.

Satu-satunya cara adalah dengan mengaduk-aduk lumpur menggunakan 

ekskavator berponton. Sayang, ekskavator berponton yang efektif cuma 

satu unit. Padahal, batas waktu pencarian tinggal empat hari lagi,

terhitung sejak kemarin. “Prosedur tetap pencarian korban bencana, jika 

dalam waktu seminggu sejak terjadinya bencana korban tidak ditemukan,

dia dianggap meninggal dan hilang

        Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Kilas balik catatan TRC jawa timur di lumpur lapindo

Catatan kecil dari ibrahim da silva Tim TRC Tagana jatim
Salam relawan... salam Tagana..


 
Pencarian korban akibat ledakan pipa gas di Porong, Sidoarjo, dengan menggunakan perahu Kamis (23/11) ini dihentikan. Penghentian didasari kian pekatnya lumpur panas yang terus mengalir dari tanggul yang jebol di kilometer 38. Lumpur tersebut mengakibatkan endapan bertambah, sehingga gerak perahu terhambat.
Panasnya suhu lumpur juga dinilai membahayakan manusia karena panas terasa hingga di atas perahu. Karena itu, untuk sementara proses pencarian menggunakan perahu, baik perahu karet maupun perahu fiber, dihentikan. Sebagai gantinya, pencairan korban akan dilanjutkan dengan menggunakan ponton. Saat ini petugas sedang menyiakan tiga ponton, dua di antaranya adalah eskvator untuk mengeruk lumpur. Saat ini diperkirakan para korban masih terpendam di dalam lumpur.
Kamis pagi tadi proses pencarian korban yang melibatkan unsur Tim Emergency TNI Angkatan Daerat, Basarnas dan Taruna Siaga Bencana (Tagana)dengnan TRC-nya, yakni warga pemuda sekitar, terus dilakukan. Proses pencarian korban lewat udara dihentikan karena dinilai tidak efektif akibat besarnya semburan.
Di tengah proses pencarian korban tersebut, Kamis siang, sejumlah menteri mendatangi rumah Komandan Koramil Taman, Sidoarjo, Kapten Endro, salah satu korban ledakan pipa gas yang belum ditemukan. Sejumlah menteri yang datang adalah Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Gubernur Jawa Timur Imam Utomo dan General Manager Lapindo Brantas Imam Agustino. Mereka memberi ucapan bela sungkawa dan memberi santunan kepada keluarga korban. Lilis, istri Kapten Endro, tak kuasa menahan tangis saat menerima para pejabat tersebut di rumah duka, di perumahan Tanggualangin Anggun Sejahtera, Sidoarjo, Blok B-3 Nomor 1.(DOR)
Pencarian korban akibat ledakan pipa gas di Porong, Sidoarjo, dengan menggunakan perahu Kamis (23/11) ini dihentikan. Penghentian didasari kian pekatnya lumpur panas yang terus mengalir dari tanggul yang jebol di kilometer 38. Lumpur tersebut mengakibatkan endapan bertambah, sehingga gerak perahu terhambat.
Panasnya suhu lumpur juga dinilai membahayakan manusia karena panas terasa hingga di atas perahu. Karena itu, untuk sementara proses pencarian menggunakan perahu, baik perahu karet maupun perahu fiber, dihentikan. Sebagai gantinya, pencairan korban akan dilanjutkan dengan menggunakan ponton. Saat ini petugas sedang menyiakan tiga ponton, dua di antaranya adalah eskvator untuk mengeruk lumpur. Saat ini diperkirakan para korban masih terpendam di dalam lumpur.
Kamis pagi tadi proses pencarian korban yang melibatkan unsur Tim Emergency TNI Angkatan Daerat, Basarnas dan Taruna Siaga Bencana (Tagana), yakni warga pemuda sekitar, terus dilakukan. Proses pencarian korban lewat udara dihentikan karena dinilai tidak efektif akibat besarnya semburan.
Di tengah proses pencarian korban tersebut, Kamis siang, sejumlah menteri mendatangi rumah Komandan Koramil Taman, Sidoarjo, Kapten Endro, salah satu korban ledakan pipa gas yang belum ditemukan. Sejumlah menteri yang datang adalah Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Gubernur Jawa Timur Imam Utomo dan General Manager Lapindo Brantas Imam Agustino. Mereka memberi ucapan bela sungkawa dan memberi santunan kepada keluarga korban. Lilis, istri Kapten Endro, tak kuasa menahan tangis saat menerima para pejabat tersebut di rumah duka, di perumahan Tanggualangin Anggun Sejahtera, Sidoarjo, Blok B-3 Nomor 1.(DOR)


Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Peran Masyarakat Dalam Penanganan Bencana

Peran Masyarakat Dalam Penanganan Bencana 
Oleh: 
Djoko Soenjoto Malik Ibrahim Da silva
Tagana 16.06.0458
 salam relawan... salam Tagana.. 

Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi manusia dan lingkungan dan diluar kemampuan manusia untuk dapat mengendalikanya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus oleh keduanya. Bencana dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana alam dan bencana sosial. Yang termasuk lingkup bencana alam adalah gempa (tektonik dan Vulkanik), tsunami, kekeringan, banjir, dan longsor. Sedangkan bencana sosial biasanya mencakup kejadian konflik, wabah penyakit, bencana teknologi, dan kebakaran. Baik bencana alam maupun bencana sosial telah, sedang, dan pasti terjadi di Indonesia mengingat kondisi geografis, geologis, dan sosial (demografis, idiologis, dan sosiologis) di Indonesia sangat rentan untuk terjadinya bencana. 

Penanganan bencana mencakup aspek mitigasi bencana (pencegahan), emergency saat terjadinya bencana, dan aspek rehabilitasi. Penanganan emergency targetnya adalah penyelamatan sehingga risiko tereliminir. Sedangkan rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan pada kondisi normal kembali. 

Dampak bencana yang ditimbulkan dapat berupa kematian masal, terganggunya tatanan sosiologis dan psikologis masyarakat, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, keterbelakangan, dan hancurnya lingkungan hidup masyarakat. Begitu besarnya risiko yang ditimbulkan oleh bencana ini, maka penanganan bencana menjadi sangat penting untuk menjadi perhatian dan tugas kita bersama. Tanpa kebersamaan, sangat sulitlah kita untuk mampu mengatasi dampak bencana. Karena pada kenyataanya, tidak ada satu pihakpun yang paling mampu menangani dampak bencana ini. 

Sisi Positif bencana 

1.Bencana mampu menggerakan solideritas masyarakat secara massive dan 
   spontan dengan kesadaranya sendiri. 
2.Bencana mampu menggugah kesadaran sosial dan nilai-nilai dasar  
   kemanusiaan secara universal. 
3.Bencana menjadi satu-satunya kejadian dimana masyarakat tanpa diminta, 
   langsung menunjukkan partisipasi dan pengorbanannya. 
4.Bencana dapat membangkitkan semangat kreatifitas masyarakat, sehingga 
   sangat mungkin akan menghantarkan pada kejayaan. 
5.Bencana dapat memupuk kebersamaan antar pihak, walau sesaat. 

Peran Masyarakat 
Dalam penanganan bencana peran masyarakat menjadi elemen yang paling penting. Karena kekuatan pemerintah semata sangatlah kecil jika dibandingkan dengan tantangan yang begitu besar. Peran masyarakat dalam penanganan bencana dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk : relawan lapangan dengan menyumbangkan tenaga dan keahlian, mobilisasi dana, dan akses fasilitas. 

Relawan 
Dalam penanganan emergency bencana, relawan mempunyai posisi dan peran yang sangat penting. Oleh karena itu relawan bukan sekedar sebuah kekuatan alternatif, tetapi menjadi alternatif utama. Tentu ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi relawan emergency bencana. Yang terpenting adalah kekuatan fisik dan keahlian. Fragmentasi keterlibatan relawan dalam penanganan bencana adalah sebagai berikut : 


1. Relawan sebagai donatur. Sesungguhnya masyarakat yang mendermakan dananya untuk membantu korban bencana, maka sejatinya iapun adalah relawan. Dana bahkan menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung hasil maksimal penanganan bencana. 

2. Relawan sebagai penyumbang tenaga dan keahlian. Termasuk dalam kelompok ini adalah ahli evakuasi, ahli medis, jurnalis, ahli gizi, juru masak, tukang bangunan, psikolog, guru, seniman, dan lainya yang secara sukarela turun langsung membantu korban bencana di lapangan. 

3. Relawan sebagai penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penaganan bencana. Misalnya ada relawan yang menyediakan sarana transportasi, menydediakan rumah atau kantornya untuk dijadikan markas posko kemanusiaan, dll. 

Kepemimpinan dalam Penanganan Emergency Bencana 
Salah satu syarat sukses penanganan emergency bencana adalah kepemimpinan. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan adalah kebingungan, kehancuran, kerugian, dan malapetaka. Kepemimpinan yang dimaksud tentu selayaknya dari unsur pemilik otoritas (pemerintah). Keberhasilan semua elemen masyarakat dalam kancah bencana sangat tergantung keberadaan pemimpin. Namun justru hal inilah yang biasanya menjadi titik lemah penanganan bencana di Indonesia, termasuk kasus penanganan gempa dan tsunami di NAD khususnya pada saat-saat awal kejadian bencana. Kepemimpinan dalam penanganan emergency bencana haruslah mampu dengan cepat, tepat, dan berani mengambil keputusan, bersikap tegas, menjalankan sistem instruksi bukan diskusi. 

Manajemen Logistik 

Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan logistik bantuan : 

1. Pengadaan logistik bantuan harus sedapat mungkin berdampak pada pemberdayaan ekonomi lokal. Caranya adalah membeli logistik bantuan dari pelaku ekonomi lokal, khususnya para pelaku ekonomi menengah bawah. Ini akan mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi stabil. Strategi seperti ini sangat efektif dan efesien karena selain memungkinkan bisa cepat tiba di lokasi bencana, kita juga tidak direpotkan oleh ribetnya masalah transportasi. 
2. Ragam logistik bantuan terutama untuk makanan dan sandang, hendaknya menyesuaikan dengan kultur yang berlaku di masyarakat korban bencana. Sebagai contoh, ternyata masyarakat Aceh tidak menyukai ikan sarden yang diawetkan. Kebanyakan pengungsi menukarnya dengan barang lain dengan para pedagang. Atau karena tidak segera dikonsumsi, banyak sarden yang menjadi kadaluarsa. Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, ikan asin lebih mereka sukai daripada sarden. Dan ikan asin dengan mudah bisa dibeli dari para nelayan Aceh. 
3. Makanan memenuhi standar gizi. Korban bencana yang umumnya menghuni barak-barak penampungan alakadarnya, tentu menyebabkan keadaan fisik mereka sangat rentan. Oleh karena itu pilihan logistik makanan yang tidak mempunyai nilai gizi maksimum bisa menyebabkan malapetaka bagi korban. Data menunjukkan bahwa wabah penyakit dan kematian korban bencana banyak terjadi justru setelah mereka mengkonsumsi makanan yang tidak bergizi secara terus menerus. Mie instan misalnya bukanlah pilihan logistik yang aman untuk dikonsumsi secara terus menerus oleh pengungsi korban bencana. 

4. Pakaian yang diberikan sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan martabat korban sebagai manusia. 

Menggerakan elemen lokal dalam penanganan bencana 
Dalam menangani dampak bencana, baik pada tahapan emergency maupun tahapan rehabilitasi, sebaiknya menggerakan elemen lokal sebagai sumberdaya utama sepanjang itu masih dimungkinkan. Bahkan bisa menggerakan sebagian dari korban bencana itu sendiri. Dalam hal ini misalnya kebutuhan tenaga relawan lapangan bisa merekrut SDM lokal. Untuk menggerakkan elemen lokal tidaklah sulit, karena pada hakekatnya semua program yang kita ingin lakukan adalah kebutuhan mereka. Artinya menjadikan elemen lokal termasuk korban sebagai subjek, bukan objek. Prinsip ini akan jauh lebih maksimal hasilnya karena elemen lokal dan korban akan merasa memiliki terhadap program yang kita jalankan. 


Penutup 

Bekerja menangani bencana adalah bekerja yang sulit. Karena tidak ada yang benar-benar mampu mempersiapkan untuk kerja-kerja yang unpredictable. Sungguhpun demikian, mengadakan persiapan jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Oleh karena itu jika kita ingin menjadi masyarakat dan bangsa yang selalu siap menghadapi tantangan bencana, maka belajarlah tanpa henti dari banyak bencana yang telah terjadi.



Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered