Rabu, Oktober 27, 2010

salam relawan... salam Tagana..

Tanggul Jebol, Rumah Kebanjiran  

Tim Liputan 6 SCTV
Kekhawatiran warga Perumahan Villa Mutiara, Tangerang, Banten, akhirnya menjadi kenyataan. Hujan yang terus mengguyur wilayah tersebut membuat ratusan rumah kebanjiran, Selasa (26/10). Tanggul di sisi kanan dan kiri Kali Angke jebol, tidak mampu menahan debit air.

Hingga kini kawasan tersebut masih menjadi kubangan air. Banjir juga dialami warga Tangerang lain, yakni di kawasan Cileduk Indah. Hujan yang mengguyur sejak semalam menjadikan kawasan itu tergenang. Akibatnya lalu lintas hingga hari ini macet. .

Warga harus berjuang melawan air untuk beraktivitas pagi ini. Ada yang nekad masuk ke air, dan tidak sedikt pula warga memanfaatkan jasa becak atau odong-odong. Petugas harus mengevakuasi satu per satu warga yang masih terjebak mulai dari bayi hingga ibu-ibu dengan cara digendong.

Hujan semalam sepertinya meluluhlantakan perjalan warga ibu kota. Hampir semua ruas jalan di ibu kota tergenang dan kemacetan tidak terhidarkan. Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memastikan curah hujan di Jakarta akan berada diatas normal hingga akhir bulan ini. Namun, meski kemarin hujan mengguyur sekitar empat jam saja, Jakarta sudah diterjang banjir.(IDS/YUS)

Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Puting Beliung Merusak Ratusan Rumah di Semarang

salam relawan... salam Tagana..

Puting Beliung Merusak Ratusan Rumah di Semarang  

Yulianto
Puting beliung melanda Desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini. Akibatnya, satu rumah warga roboh dan ratusan rumah lainnya rusak.

Angin puting beliung terjadi bersamaan dengan hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut. Kurang lebih 20 menit, ratusan genting rumah warga beterbangan. Bahkan, rumah milik Warsidi, warga setempat, roboh sehingga rata dengan tanah. Rumah yang terbuat dari papan itu tak mampu menahan kencangnya kekuatan angin.

Selain rumah, angin juga menumbangkan sejumlah pohon besar sehingga mengenai kabel listrik. Akibatnya, aliran listrik menjadi padam. Musibah tersebut membuat warga panik.

Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, ada dua warga mengalami patah tulang akibat tertimpa tumbangan pohon saat naik mobil. Mereka adalah Kusmiati dan Nanda Riski, yang duduk di jok depan.

Hingga kini warga masih memperbaiki rumah yang rusak. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.(ULF)

Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Angin puting beliung menerjang rumah warga di tiga desa di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/10)

salam relawan... salam Tagana..

Angin puting beliung menerjang rumah warga di tiga desa di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/10). Akibatnya, 40 rumah rusak ringan dan tiga rumah rusak berat. Terjangan puting beliung datang tiba-tiba ketika turun hujan deras di Desa Sukamulya, Desa Padasuka, dan Desa Sukamandi.

Selain merusak puluhan rumah, puting beliung juga merobohkan pohon. Setelah angin reda, warga pun bergotong-royong memperbaiki rumah mereka karena belum ada bantuan dari pemerintah daerah.

Di Serang, Banten, hujan yang disertai puting beliung menyebabkan puluhan pohon tumbang di di ruas Jalan Kali Gandu serta di makam Jalan Palima, Curug. Tak hanya pohon, sebuah tiang listrik juga roboh dan mengakibatkan padamnya listrik di Desa Palima. Meski tak menimbulkan korban jiwa, kejadian ini membuat Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Ini Dia Pendorong Banyaknya Korban di Mentawai

salam relawan... salam Tagana..

Ini Dia Pendorong Banyaknya Korban di Mentawai

Rabu, 27 Oktober 2010, 00:12 WIB
   
Banyaknya korban akibat tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, disebabkan karena Kepulauan Mentawai tidak memiliki alat pemantau gelombang atau tide gauge. Alat tersebut hanya terpasang di Padang dan pantai-pantai sekitarnya. “Karena ketiadaan alat itu, tsunami Mentawai tidak terpantau. Kami saja baru tahu hari ini (26/10),” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Mochammad Riyadi, berdasarkan laporan Harian Singgalang, Selasa (26/10).

Maka dari itu, tsunami yang terpantau hanya yang terjadi di Padang. Itu pun, lanjutnya, tsunami dengan skala kecil yakni 0,461 meter. “Pemerintah tidak salah jika mencabut status potensi tsunami, karena untuk di daratan Sumbar aman,” lanjutnya.

"Sayangnya, alat pemantau gelombang di pesisir Padang, tidak meraung-raung seperti dalam latihan tsunami," ungkap Ipes Andesta Pessel, salah satu warga Kota Padang. Ia menuturkan, sirine di Taman Budaya dapat berbunyi saat peringatan setahun gempa pada 30 September lalu.

“Saat gempa dan berpotensi tsunami pada Senin (25/10), malah tidak berbunyi,” ucapnya. Padahal, lanjutnya, masyarakat begitu mengandalkan alat tersebut sebagai bentuk kewaspadaan. Maka dari itu, saat terjadi gempa dan tidak ada bunyi sirine, masyarakat langsung panik. Seketika, warga langsung berlarian menuju ke daerah lebih tinggi. Selain di Taman Budaya, alat pemantau gelombang di Pasar Tiku dan Agam, juga tidak berbunyi.


Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Sejumlah dusun di Desa Argomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Jateng, Selasa malam, tertutup untuk umum

salam relawan... salam Tagana..

Sejumlah dusun di Desa Argomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Jateng, Selasa malam, tertutup untuk umum setelah ditinggalkan warganya yang mengungsi akibat peningkatan aktivitas Gunung Merapi. ANTARA di lokasi kejadian, menyebutkan, dusun-dusun yang berada di bagian atas atau jaraknya lebih dekat dengan puncak gunung yang berada di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta dijaga sejumlah warga dan petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja, serta para relawan. Warga yang hendak masuk ke dusun-dusun tersebut harus melapor apabila akan menengok rumahnya yang sudah dijaga tersebut, sedangkan masyarakat umum tidak bisa masuk ke dusun itu, bahkan wartawan juga tidak boleh masuk. Paidi, warga Dusun Batur Atas mengatakan, dirinya tidak mengetahui sampai kapan penutupan dusunnya tersebut. "Kami masih berkumpul dengan warga lainnya di Balai Desa Argomulyo," katanya.
Sementara itu petugas Satuan Pamong Praja yang enggan disebut namanya, mengatakan, penutupan sejumlah dusun tersebut selain untuk menjaga keselamatan berkaitan dengan peningkatan status Gunung Meraip ini juga untuk mengantisipasi faktor keamanan. "Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan yang tidak kita inginkan," katanya.
Semua warga di sejumlah desa sengaja diungsikan karena Gunung Merapi mulai mengeluarkan awan panas yang terjadi pada Selasa petang, dengan arah luncuran ke selatan dan barat daya. Informasi dari Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Sleman, DIY, menyebutkan luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB

Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Korban Merapi Identitas 9 Korban Tewas, 14 Luka Bakar

salam relawan... salam Tagana..
Korban Merapi
Identitas 9 Korban Tewas, 14 Luka Bakar
Rabu, 27 Oktober 2010 | 03:39 WIB

Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Pujo, terluka parah akibat tersembur awan panas pada Selasa (26/10/2010)
Sembilan korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi yang seluruhnya laki-laki, hingga Rabu (27/10/2010) dini hari belum bisa dibawa pulang oleh keluarganya, karena masih dilakukan visum di Rumah Sakit dr Sardjito, Yogyakarta.
Petugas rumah sakit, Tri Yoga, mengatakan, dari sembilan korban tewas tersebut, tiga korban --Tarno, Imam Nur Kholik, dan Sipon-- merupakan warga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan dua korban tewas lainnya, Wahono dan Puji Rano, dari Dusun Pelemsari, Desa Umbulharjo.
Selanjutnya, Yamto Utomo dari Dusun Ngrangkang, Desa Umbulharjo, dan Sajiman warga Desa Kepuharjo, Cangkringan.
Seorang korban tewas belum diketahui indentitasnya, yang diduga warga Cangkringan. Seoang lagi adalah editor VIVAnews, Yuniawan W Nugroho dari Cibinong, Bogor.
Ia mengatakan, jumlah korban yang terluka 14 orang, seorang di antaranya merupakan relawan bernama Diah Permonosari yang terluka akibat menyelamatkan seorang korban.
"Relawan yang terluka itu setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit diperbolehkan pulang karena hanya lecet pada kaki," katanya.
Tri Yoga mengatakan, sejumlah korban yang mengalami luka bakar di sekujur tubuh masih dirawat di RS Sardjito. "Kami tidak bisa memastikan membutuhkan waktu berapa lama untuk memulihkan para korban luka bakar," katanya.
Berdasarkan data, korban yang selamat mulai di bawa ke rumah sakit pada pukul 19.44 WIB, kemudian terus bertambah hingga sekitar pukul 23.30 WIB.
Ada lagi korban luka bakar, Ratmi, berusia 30 tahun, warga Sleman, kemudian Arip Candra berusia 23 tahun, warga Kedung Sriti, Umbulharjo Cangkringan.
Selain itu juga Sri Wahyu Nur Irawan (25) dan Mbah Pujo (68), masing-masing warga Umbulharjo serta Ngatinem (50), warga Kranggah, Umbulahrjo, Cangkringan.
Selanjutnya, Muji (50) dan Udi Sutrisno (50), warga Kinahrejo, Cangkringan dan Warjo (50),  warga Ngaglik, Sleman dan Tarno (60), warga Kinahrejo.
Korban lainnya adalah Harno (50) warga Kinahrejo, dan Bilal (52) dari Panti Nugroho Pakem, serta Mursiyam (45), warga Pelemsari, Umbulharjo Sleman.



Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

warga tatap di paksa turun

salam relawan... salam Tagana..
Sebagian besar warga desa terakhir dari barat puncak Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diminta aparat pemerintah untuk meninggalkan dusun mereka masing-masing pada Rabu (27/10/2010) dini hari."Dusun kosong, tinggal sekitar lima orang, dari tadinya sekitar 40 orang yang berjaga," kata seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, Jayus, di Magelang, Rabu dini hari.
Mereka, katanya, turun dari dusun setempat yang berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Merapi ke perempatan jalan beraspal di Desa Kaliurang. Jarak antara Tangkil hingga Kaliurang sepanjang sekitar 1,5 kilometer.
Ia mengatakan, sebagian masyarakat setempat turun ke Kalibening sekitar pukul 03.00 WIB antara lain dengan mengendarai sepeda motor, sedangkan lainnya berjalan kaki.
"Kami tidak turun ke balai desa tetapi ke Kalibening karena tempatnya lebih leluasa untuk berjaga, mengawasi situasi puncak Merapi, kalau di balai desa tidak bisa melihat langsung gunung," katanya.
Ia mengatakan, warga setempat yang masih tinggal di dusun pada Selasa (26/10) malam hingga Rabu dini hari mendapat kabar simpang siur terkait kemungkinan erupsi susulan Merapi.
Merapi memasuki masa erupsi pada Selasa (26/10) sekitar pukul 17.00 hingga 18.00 WIB ditandai dengan beberapa kali semburan awan panas dan luncuran lava ke arah selatan dan barat (Sleman, Yogyakarta) yang berakibat hujan abu cukup deras di wilayan Magelang.
"Isunya begitu, akan ada letusan susulan, tetapi tidak jelas dari siapa, tetapi nyatanya sampai saat ini tidak terjadi letusan susulan itu," katanya.
Seorang warga Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Anto, mengatakan, aparat pemerintah desa sempat mendatangi sekitar 40 warga setempat yang berjaga sejak Selasa (26/10) malam hingga Rabu dini hari, untuk meminta mereka meninggalkan kampung itu terkait dengan isu letusan susulan tersebut. "Yang menyuruh orang kelurahan, semua diminta turun," katanya.
Tetapi, katanya, hingga sekitar pukul 03.45 WIB mereka masih bertahan di pos ronda dusun itu untuk menjaga situasi keamaan dan mewaspadai kemungkinan letusan susulan.
Sekitar pukul 03.24 WIB, katanya, satu unit truk mengangkut warga Bojong, Ngargomulyo untuk mengungsi melintasi dusun setempat.
Warga setempat, katanya, tetap waspada antara lain dengan memarkir sepeda motor masing-masing di tepi jalan sehingga mereka bisa meninggalkan dusun itu secara cepat jika memang terjadi letusan susulan.
Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin, menyatakan membenarkan bahwa pihaknya meminta sebagian kecil saja warga di berbagai dusun setempat yang masih berjaga di kampung masing-masing.
"Yang lainnya kami minta untuk turun, karena warga di radius 15 kilometer dari puncak Merapi, saat fase erupsi, memang harus meninggalkan tempat tinggalnya supaya tidak jatuh korban," katanya.
Ia mengaku telah secara langsung mengontak pihak Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian yang berkantor di Yogyakarta terkait dengan kemungkinan letusan susulan Merapi hingga Rabu dini hari.
Ia mengaku, mendapat informasi dari BPPTK bahwa hingga saat ini telah terjadi penurunan aktivitas vulkanik Merapi.
"Sehingga kami memutuskan tetap ada beberapa orang yang bertahan untuk menjaga keamanan dusun masing-masing, jadi tidak semua turun," katanya.  
Sebagian besar warga dusun-dusun setempat, katanya, meninggalkan kampung masing-masing mulai sekitar pukul 03.00 WIB antara lain dengan menggunakan truk, mobil, dan sepeda motor.


Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

50 Korban Merapi Dirawat di RS Muntilan Rabu, 27/10/2010, 01:41 WIB

salam relawan... salam Tagana..

50 Korban Merapi Dirawat di RS Muntilan
Rabu, 27/10/2010, 01:41 WIB

BATASI KENDARAAN
Sebanyak 50 korban akibat erupsi puncak Gunung Merapi pada Selasa (26/10/2010) dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muntilan, Kabupaten Magelang.

Pelaksana Tugas Direktur RSUD Muntilan, Sasongko, di Magelang, Rabu (27/10/2010) dini hari, mengatakan, hingga pukul 00.30 WIB sebanyak 50 korban Merapi dirawat di RSUD, kebanyakan mereka mengalami gangguan sesak napas.

"Kebanyakan pasien yang masuk karena mengalami sesak napas akibat menghirup abu vulkanik dan beberapa di antaranya ada yang luka karena jatuh akibat berdesakan saat menuju kendaraan waktu evakuasi," katanya.

Ia menjelaskan, akibat menghirup abu vulkanik berdampak pada penyempitan saluran pernapasan.

Untuk menanggulanginya, katanya, perlu diberi obat pelonggar otot saluran napas dan obat anti alergi. "Mereka sebenarnya semacam alergi terhadap abu vulkanik," katanya.

Menurut dia, untuk mencegah kejadian tersebut masyarakat perlu mengenakan masker agar tidak menghirup abu vulkanik.

Seperti diberitakan sebelumnya, satu dari sejumlah korban tersebut meninggal dunia saat dalam perjalanan evakuasi, yakni seorang balita bernama Ilham Azaki usia enam bulan, anak dari pasangan Sriyanto dan Rukilah warga Gedangan, Desa Ngargosuko, Kecamatan Srumbung.

Saat dibawa ke RSUD kondisi balita tersebut sudah meninggal dunia.

Sasongko mengatakan, biaya pengobatan bagi para korban ditanggung Pemerintah Kabupaten Magelang.

"Para korban Merapi sejak status awas, biaya perawatan di rumah sakit ditanggung pemerintah," katanya. (Ans/Ant)  


Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
salam relawan... salam Tagana..
 Mbah Maridjan Selamat Diantara 13 Korban Tewas
Rabu, 27/10/2010, 05:00 WIB

BATASI KENDARAAN

internet
Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat di dekat 13 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan dikabarkan telah ditemukan dalam kondisi selamat, tetapi fisiknya lemah, tidak jauh dari kediamannya di Dusun Kinahrejo yang berjarak sekitar enam kilometer dari puncak Merapi, Selasa (26/10) malam.

"Juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat oleh salah seorang anggota tim pencari (SAR)," kata Komandan Pangkalan TNI AL Yogyakarta Kolonel Laut Aloysius Pramono, di Sleman, Rabu (27/10/2010).

Ia mengatakan Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat tidak jauh dari rumahnya di Dusun Kinahrejo.

"Di Dusun Kinahrejo telah ditemukan 13 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi, salah seorang di antaranya dokter dari Kedokteran Polisi.

Menurut dia, satu orang wartawan ditemukan tewas di Dusun Kinahrejo, di dekat rumah Mbah Maridjan. "Wartawan itu bernama Yuniawan Nugroho dari media online Vivanews.Com," katanya.

Menurut Aloysius, saat ini tim pencari dan evakuasi telah menghentikan pencarian korban, dan rencananya dilanjutkan pada pukul 05.30 WIB, Rabu.

"Pencarian korban sudah dihentikan pada pukul 23.30 WIB, karena terkendala cuaca terutama udara dingin," katanya.

Pencarian korban awan panas Gunung Merapi difokuskan di wilayah dua dusun yaitu Kinahrejo dan Turgo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Pencarian korban yang selamat maupun kemungkinan sudah meninggal, difokuskan di dua dusun kawasan selatan kaki Merapi yaitu Kinahrejo dan Turgo. Dua dusun ini paling parah diterjang awan panas gunung itu," kata Aloysius Pramono.

Ia mengatakan evakuasi korban berada di bawah komando Korem 072 Pamungkas. "Evakuasi korban awan panas Gunung Merapi di bawah komando Korem 072 Pamungkas Yogyakarta dengan mengikutsertakan sejumlah personel dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri," katanya.

Menurut dia, proses evakuasi korban membutuhkan gergaji mesin untuk memotong batang pohon yang tumbang yang menghalangi jalur evakuasi.

Ia mengatakan TNI AL menerjunkan 47 personel untuk membantu proses evakuasi korban, dan mereka disebar di beberapa wilayah pencarian.

Sementara itu, jumlah korban tewas hingga Selasa malam sekitar 15 orang, dan belasan korban lainnya mengalami luka bakar serta sesak napas.

Pakaian tahan panas

Tim SAR dan TNI AU berupaya mengevakuasi korban letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,Selasa malam dengan menggunakan pakaian tahan panas

Tiga relawan yang akan melakukan penyisiran di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang mengalami kerusakan sangat parah akibat tersapu awan panas.

Relawan yang naik dengan menggunakan baju tahan api tersebut dari Pemadam Kebakaran Sleman yakni Satmawowargo, Indratno, dan Heru Sapto Priyo.

Diperkirakan di dusun ini banyak jatuh korban karena jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Doakan saja mas, semoga bisa membantu menyelamatkan korban," kata Satmawowargo di Posko Penanggulanan Bencana Sleman.

Sementara itu, data di Posko Utama Penanggulangan Bencana Sleman menyebutkan hingga kini tercatat jumlah korban sembilan orang.

Korban yang mengalami luka bakar sebanyak empat orang, yakni Ny Ratmi (30) warga Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan yang mengalami luka bakar 63 persen dan dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Kemudian Arif Candra (23) warga Kedungsriti, Umbulharjo, Cangkringan yang mengalami luka bakar 40 persen dan dirawat di RSUP DR Sardjito, Triwahyu (17) warga Kedungsriti yang mengalami luka bakar 40 persen di rawat di RSUP Dr Sardjito, Ny Pujo (68) warga Pakem, Hargobinangun mengalami luka bakar 60 persen, dan dirawat di RSUP Dr Sardjito.

Mugiyo warga Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan tewas di lokasi dan saat ini masih di RS Panti Nugroho Pakem, sedangkan Maulina (23) warga Hargobinangun mengalami sesak napas, Sri Yuliati (34) warga Dusun Gondang, Umbulharjo, Cangkringan mengalami sesak napas, dan Muji Taryo (50) wrga Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan mengalami sesak napas.

Ditangani pemprov dan pemkab

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi ditangani pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Sultan HB X mengatakan hal itu ketika mengunjungi Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Kabupaten Sleman, yang menjadi tempat perawatan sejumlah korban awan panas Merapi.

Ia mengatakan saat ini bantuan medis juga sudah dikerahkan optimal untuk menangani korban awan panas gunung itu.

Usai mengunjungi korban di RS Panti Nugroho, Sultan HB X bergegas menuju beberapa tempat pengungsian warga yang wilayahnya berada di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi.

Sementara itu, sebanyak 14 korban awan panas Gunung Merapi hingga Selasa pukul 23.00 WIB masih dirawat di Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Kabupaten Sleman.

"Sedangkan korban meninggal teridentifikasi bernama Sugiman warga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, dan satu korban lagi yang meninggal belum teridentifikasi," kata salah seorang relawan, Bambang yang ikut membawa korban ke Rumah Sakit (RS) Panti Nugroho, Pakem.

Menurut dia, Sugiman saat dibawa ke rumah sakit masih hidup, tetapi tidak lama kemudian nyawanya tidak tertolong.

"Kemungkinan masih ada korban meninggal lainnya yang belum dapat dievakuasi, karena sejumlah relawan bersama tim SAR dan TNI serta Polri masih melakukan penyisiran di beberapa desa yang diterjang awan panas," katanya.

Sementara itu, menurut salah seorang dokter di RS Panti Nugroho, dr Adi, dari 14 korban yang dirawat di rumah sakit ini, beberapa di antaranya harus dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta, karena mengalami luka bakar lebih dari 40 persen.

Menurut dia, korban awan panas Merapi sebagian besar warga Kinahrejo dan Kaliadem, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kawasan selatan kaki gunung itu.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Selasa malam, mengatakan, Gunung Merapi (2.965 mdpl) sudah masuk fase erupsi.

Gunung Merapi di perbatasan wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah (Jateng) ini, pada Selasa memasuki fase erupsi dengan terjadinya awan panas berulang kali.

Luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pada pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB



Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Mbah Maridjan Selamat Diantara 13 Korban Tewas Rabu, 27/10/2010, 05:00 WIB

salam relawan... salam Tagana..
Mbah Maridjan Selamat Diantara 13 Korban Tewas
Rabu, 27/10/2010, 05:00 WIB



Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat di dekat 13 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan dikabarkan telah ditemukan dalam kondisi selamat, tetapi fisiknya lemah, tidak jauh dari kediamannya di Dusun Kinahrejo yang berjarak sekitar enam kilometer dari puncak Merapi, Selasa (26/10) malam.

"Juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat oleh salah seorang anggota tim pencari (SAR)," kata Komandan Pangkalan TNI AL Yogyakarta Kolonel Laut Aloysius Pramono, di Sleman, Rabu (27/10/2010).

Ia mengatakan Mbah Maridjan ditemukan dalam kondisi selamat tidak jauh dari rumahnya di Dusun Kinahrejo.

"Di Dusun Kinahrejo telah ditemukan 13 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi, salah seorang di antaranya dokter dari Kedokteran Polisi.

Menurut dia, satu orang wartawan ditemukan tewas di Dusun Kinahrejo, di dekat rumah Mbah Maridjan. "Wartawan itu bernama Yuniawan Nugroho dari media online Vivanews.Com," katanya.

Menurut Aloysius, saat ini tim pencari dan evakuasi telah menghentikan pencarian korban, dan rencananya dilanjutkan pada pukul 05.30 WIB, Rabu.

"Pencarian korban sudah dihentikan pada pukul 23.30 WIB, karena terkendala cuaca terutama udara dingin," katanya.

Pencarian korban awan panas Gunung Merapi difokuskan di wilayah dua dusun yaitu Kinahrejo dan Turgo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Pencarian korban yang selamat maupun kemungkinan sudah meninggal, difokuskan di dua dusun kawasan selatan kaki Merapi yaitu Kinahrejo dan Turgo. Dua dusun ini paling parah diterjang awan panas gunung itu," kata Aloysius Pramono.

Ia mengatakan evakuasi korban berada di bawah komando Korem 072 Pamungkas. "Evakuasi korban awan panas Gunung Merapi di bawah komando Korem 072 Pamungkas Yogyakarta dengan mengikutsertakan sejumlah personel dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri," katanya.

Menurut dia, proses evakuasi korban membutuhkan gergaji mesin untuk memotong batang pohon yang tumbang yang menghalangi jalur evakuasi.

Ia mengatakan TNI AL menerjunkan 47 personel untuk membantu proses evakuasi korban, dan mereka disebar di beberapa wilayah pencarian.

Sementara itu, jumlah korban tewas hingga Selasa malam sekitar 15 orang, dan belasan korban lainnya mengalami luka bakar serta sesak napas.

Pakaian tahan panas

Tim SAR dan TNI AU berupaya mengevakuasi korban letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,Selasa malam dengan menggunakan pakaian tahan panas

Tiga relawan yang akan melakukan penyisiran di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang mengalami kerusakan sangat parah akibat tersapu awan panas.

Relawan yang naik dengan menggunakan baju tahan api tersebut dari Pemadam Kebakaran Sleman yakni Satmawowargo, Indratno, dan Heru Sapto Priyo.

Diperkirakan di dusun ini banyak jatuh korban karena jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Doakan saja mas, semoga bisa membantu menyelamatkan korban," kata Satmawowargo di Posko Penanggulanan Bencana Sleman.

Sementara itu, data di Posko Utama Penanggulangan Bencana Sleman menyebutkan hingga kini tercatat jumlah korban sembilan orang.

Korban yang mengalami luka bakar sebanyak empat orang, yakni Ny Ratmi (30) warga Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan yang mengalami luka bakar 63 persen dan dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Kemudian Arif Candra (23) warga Kedungsriti, Umbulharjo, Cangkringan yang mengalami luka bakar 40 persen dan dirawat di RSUP DR Sardjito, Triwahyu (17) warga Kedungsriti yang mengalami luka bakar 40 persen di rawat di RSUP Dr Sardjito, Ny Pujo (68) warga Pakem, Hargobinangun mengalami luka bakar 60 persen, dan dirawat di RSUP Dr Sardjito.

Mugiyo warga Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan tewas di lokasi dan saat ini masih di RS Panti Nugroho Pakem, sedangkan Maulina (23) warga Hargobinangun mengalami sesak napas, Sri Yuliati (34) warga Dusun Gondang, Umbulharjo, Cangkringan mengalami sesak napas, dan Muji Taryo (50) wrga Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan mengalami sesak napas.

Ditangani pemprov dan pemkab

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi ditangani pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Sultan HB X mengatakan hal itu ketika mengunjungi Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Kabupaten Sleman, yang menjadi tempat perawatan sejumlah korban awan panas Merapi.

Ia mengatakan saat ini bantuan medis juga sudah dikerahkan optimal untuk menangani korban awan panas gunung itu.

Usai mengunjungi korban di RS Panti Nugroho, Sultan HB X bergegas menuju beberapa tempat pengungsian warga yang wilayahnya berada di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi.

Sementara itu, sebanyak 14 korban awan panas Gunung Merapi hingga Selasa pukul 23.00 WIB masih dirawat di Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Kabupaten Sleman.

"Sedangkan korban meninggal teridentifikasi bernama Sugiman warga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, dan satu korban lagi yang meninggal belum teridentifikasi," kata salah seorang relawan, Bambang yang ikut membawa korban ke Rumah Sakit (RS) Panti Nugroho, Pakem.

Menurut dia, Sugiman saat dibawa ke rumah sakit masih hidup, tetapi tidak lama kemudian nyawanya tidak tertolong.

"Kemungkinan masih ada korban meninggal lainnya yang belum dapat dievakuasi, karena sejumlah relawan bersama tim SAR dan TNI serta Polri masih melakukan penyisiran di beberapa desa yang diterjang awan panas," katanya.

Sementara itu, menurut salah seorang dokter di RS Panti Nugroho, dr Adi, dari 14 korban yang dirawat di rumah sakit ini, beberapa di antaranya harus dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta, karena mengalami luka bakar lebih dari 40 persen.

Menurut dia, korban awan panas Merapi sebagian besar warga Kinahrejo dan Kaliadem, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kawasan selatan kaki gunung itu.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Selasa malam, mengatakan, Gunung Merapi (2.965 mdpl) sudah masuk fase erupsi.

Gunung Merapi di perbatasan wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah (Jateng) ini, pada Selasa memasuki fase erupsi dengan terjadinya awan panas berulang kali.

Luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pada pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB




Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Sepuluh orang ditemukan tewas terpanggang di sekitar tempat tinggal Mbah Maridjan di Kinahrejo,

salam relawan... salam Tagana..

epuluh Orang Tewas di Rumah Mbak Maridjan  

Tim Liputan 6 SCTV
Sepuluh orang ditemukan tewas terpanggang di sekitar tempat tinggal Mbah Maridjan di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Selasa (26/10). Seorang di antaranya diduga wartawan vivanews.com Yuniawan Wahyu Nugroho.

Menurut relawan yang ikut proses evakuasi, para korban tewas setelah terjebak awan panas akibat letusan Merapi. Kondisi korban umumnya mengenaskan dengan luka bakar yang diselimuti abu vulkanik.

Tersiar kabar, saat sirene berbunyi, Yuniawan sempat turun setelah menemui Mbah Maridjan. Namun, sesampai di tempat aman, dia kembali naik ke atas untuk menjemput paksa Maridjan. Saat itulah awan panas muncul dan menewaskan dirinya.

Sampai saat ini belum diketahui nasib Mbah Maridjan.(ADI/ULF)
 

Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered

Sekitar 1500 Warga Magelang Mengungsi ke Desa Sawangan

salam relawan... salam Tagana..

Sekitar 1500 Warga Magelang Mengungsi ke Desa Sawangan  

Yon Daryono
26/10/2010 23:36
Liputan6.com, Magelang: Ribuan warga Desa Krinjing dan Ngagomulyo berlarian menyelamatkan diri saat terjadi gempa Gunung Merapi, Selasa (26/10) malam. Sebagian warga kini dirawat di rumah sakit akibat menghirup debu vulkanik.

Kepanikan warga terjadi sesaat setelah gunung merapi meletus. Sekitar 1500 warga Desa Krinjing dan Ngargomulyo Magelang menyelamatkan diri di lokasi pengungsian di Desa Sawangan.

Sebagian warga telah tercerai berai dengan keluarganya karena panik dan harus menyelamatkan diri. Mereka baru sadar ketika di pengungsian saudara maupun kerabat mereka tidak ada di lokasi pengungsian. Bahkan banyak dari mereka berniat kembali ke desanya untuk menolong tetangga yang sedang hamil dan tertinggal mobil.

Seorang pengungsi bernama Muhadi warga Ngargomulyo, Magelang, menceritakan betapa paniknya detik-detik saat terjadinya letusan Gunung Merapi. Karena lokasi rumahnya hanya berjarak delapan kilometer dari puncak Merapi. Muhadi dan keluarganya harus segera menyelamatkan diri ke tempat tim evakuasi yang telah siaga dengan mobil.

Pekatnya abu yang dimuntahkan Gunung Merapi juga telah menyebabkan sebagian warga mengalami gangguan pernafasan. Sebanyak 37 orang yang kebanyakan lanjut usia dan anak-anak dirawat di Rumah Sakit Umum Muntilan karena mengalami gangguan pernafasan.


Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered