salam relawan... salam Tagana..
Selain di Solo, banjir juga terjadi di Mojolaban, Sukoharjo setelah anak Sungai Bengawan Solo, Sungai Samin meluap. Banjir juga terjadi di Juwiring, Klaten setelah air Sungai Bloro meluber ke permukiman. Di Solo, banjir mencapai 1,5 meter, seperti yang terjadi di Kelurahan Sewu, Jebres. Sedikitnya 136 rumah tergenang banjir dengan ketinggian 0,5 meter hingga 1,5 meter. Air Sungai Bengawan Solo mulai naik sekitar pukul 15.00 WIB. Daerah yang paling parah tergenang banjir adalah Kampung Putat.
Warga yang sudah terbiasa menghadapi banjir, tak panik melihat air mulai memasuki permukiman. Barang elektronik dan anak-anak langsung diungsikan saat air terus naik. Dua tenda pengungsian juga langsung didirikan di tanggul lama.
Hingga Kamis malam, warga terus bersiaga karena masih tingginya debit air Sungai Bengawan Solo. Apalagi dikhawatirkan daerah hulu seperti Wonogiri, Klaten, Karanganyar dan Sukoharjo masih diguyur hujan. ”Pukul 19.00 WIB, banjir mencapai titik puncak. Setelah puncak, kiriman air dari sungai di wilayah hulu seperti Dengkeng di Klaten, Sungai Samin di Karanganyar dan saluran Dam Colo di Sukoharjo terus turun,” ujar Koordinator Komunikasi Tim PBP Kelurahan Sewu, Joko Sutopo, Kamis malam.
Dia mengaku terus memantau perubahan debit air Sungai Bengawan Solo setiap jam. Beberapa petugas Linmas kelurahan juga berpatroli untuk memantau perkembangan korban banjir.
Informasi yang dihimpun Espos banjir Kali Pepe juga sempat menggenangi Taman Cerdas Gandekan, Jebres beberapa saat. Banjir setinggi paha orang dewasa mulai terjadi pukul 14.45 WIB dan susut sekitar pukul 15.30 WIB.
Di Kecamatan Pasar Kliwon, sejumlah rumah yang terletak di RT 4-5/RW XIII, Dadapan, Sangkrah, Pasar Kliwon terendam banjir hingga setinggi 60 cm. Ada sekitar 50 rumah yang tergenang banjir. Namun Kamis malam sekitar pukul 21.00 WIB, air sudah mulai surut. Surutnya air banjir mulai pukul 19.00 WIB. Ketua RT 5/RW XIII Dadapan, Sangkrah, Tukino Ulun, mengatakan sebanyak 20 rumah di wilayahnya terendam banjir setinggi kurang lebih 40 cm.
Sementara 10 rumah lain yang terletak di pinggir bantaran Sungai Bengawan Solo dan Kali Pepe dilanda banjir hingga setinggi lutut orang dewasa. ”Di sini sejak pagi hingga siang turun hujan cukup lebat. Sekitar pukul 14.00 WIB, air sudah mulai meluap. Akhirnya pada pukul 16.00 WIB, air masuk rumah warga,” terangnya.
Banjir tersebut, menurut dia, tak seperti biasanya yang sering datang pada malam hari. Dia menilai banjir kali ini merupakan kiriman dari beberapa daerah seperti Klaten dan Karanganyar. Oleh karena itu, dirinya tetap waspada jika sewaktu-waktu terjadi banjir susulan. ”Walaupun di Solo sudah reda tapi jika di daerah itu masih hujan, besar kemungkinan limpasan air tinggal menunggu waktu,” ujarnya.
Ketua RT 4/RW XIII Dadapan, Sumarno, menyatakan di wilayahnya sebanyak 20 rumah terendam banjir hingga setinggi 30 cm mulai pukul 14.00 WIB. Sementara air mulai memasuki rumah warga sekitar pukul 17.00 WIB.
Warga mulai membangun tenda pengungsian pada sore hari. Hal tersebut menyusul air yang memasuki rumah warga. ”Sejumlah warga akan tinggal sementara di tenda pengungsian hingga menunggu air benar-benar surut,” ucapnya.
Penjaga pintu air Demangan, Sri Waluyo, mengaku sudah menutup pintu air sekitar pukul 14.00 WIB. Hal itu dilakukan karena ketinggian air Bengawan Solo lebih tinggi dibanding ketinggian Kali Pepe. ”Sejumlah pompa penyedot air juga kami nyalakan menyusul ditutupnya pintu air. Namun sekitar pukul 16.30 WIB, satu pompa besar kami matikan karena air sudah mulai menyusut,” ujarnya.
Dia memrediksi penyedotan akan berlangsung hingga Jumat (6/5) pagi menyusul tidak menentunya cuaca di wilayah Solo dan sekitarnya. ”Banjir ini kan kiriman dari beberapa daerah seperti Wonogiri, Klaten dan Karanganyar. Kondisi di sini sangat tergantung curah hujan di beberapa daerah itu.”
Banjir anak Sungai Bengawan Solo, Sungai Samin, juga merendam puluhan rumah warga di Desa Tegal Made dan Desa Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Kamis. Air merendam 74 rumah warga di Dukuh Nuwut RT 1/RW II serta Dukuh Kesongo RT 1/RW II dan RT 4/RW II, Desa Tegal Made.
”Sekitar pukul 15.00 WIB, ketinggian air di Sungai Samin terus naik hingga meluap ke rumah-rumah warga,” jelas Kadus II Desa Tegal Made, Sumanto.
Warga setempat mulai mengungsi ke tempat-tempat aman mulai pukul 16.00 WIB. Mereka juga mengungsikan barang-barang dan hewan ternak ke daerah yang lebih aman. ”Warga sudah berjaga-jaga. Semalaman warga tidak akan tidur. Tim SAR sudah mengecek ke sini,” kata Sumanto.
Banjir juga terjadi di Jetis, Kecamatan Sukoharjo. Sebagian besar jalan kampung di kelurahan tersebut terendam air, akibat sistem drainase tidak lancar. Wakil Komandan Operasional SAR Sukoharjo, Muclis, mengatakan Tim SAR terus memantau daerah-daerah rawan banjir di Sukoharjo.
Di Klaten, sebanyak 400-an rumah di Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Klaten terendam banjir, Kamis. Banjir berasal dari luapan Kali Bloro disertai hujan deras yang mengguyur Klaten sejak Rabu (4/5) malam. Akibatnya, jalan utama desa putus. ”Setiap hujan deras, Desa Jetis pasti kebanjiran,” papar Kepala Desa Jetis, Sri Sumedi, saat ditemui wartawan.
Banjir terparah terjadi di Dukuh Terban, Desa Jetis. Ketinggian air di perdukuhan tersebut mencapai 80 cm. Banjir juga diakibatkan jebolnya empat tanggul yang berlokasi di di Dukuh Daleman, Dukuh Terban, Dukuh Maron dan Dukuh Guguran. ”Setiap tanggul di empat pedukuhan itu jebol sepanjang 2,5 meter. Banjir juga menggenangi areal persawahan seluas 10 hektare,” paparnya.
Hujan dan luapan Kali Bloro, imbuh Sumedi, juga merendam SDN 1 Jetis. Ketinggian muka air mencapai 50 cm di sekitar SD yang berdekatan dengan Kali Bloro itu. Banjir juga meluber ke dua desa di Kecamatan Karangdowo yakni Desa Kupang dan Desa Bakungan. Air menggenangi jalan desa dengan ketinggian muka air 25 cm. Bahkan, salah satu rumah warga Desa Kupang, Marsudi, 40, tergerus akibat banjir.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered