salam relawan... salam Tagana..
Medan, (tvOne)
Ribuan pengungsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara kini mulai cemas mengharapkan datangnya bantuan dari pemerintah. Berdasarkan laporan reporter tvOne dari salah satu lokasi pengungsian, bantuan yang dibawa oleh Tim Dinas Sosial Sumut belum merata.
Dari sekitar 1.300 orang pengungsi di satu lokasi itu saja, hanya 300 warga yang mendapat jatah 300 makanan bantuan. Pembagian makanan sempat berlangsung ricuh. Warga menuntut agar bantuan dibagikan secara merata. Sejauh ini, Dinas Sosial baru membawakan beras, ikan kalengan, sejumlah tikar, masker, dan selimut. Namun, bantuan yang dibawakan tak sesuai dengan jumlah pengungsi yang ada.
Sementara itu, desa-desa yang berada di sekitar Gunung Sinabung nyaris steril dari warga. Hanya ada beberapa petugas di sejumlah posko yang bertugas menjaga keamanan rumah-rumah yang ditinggalkan. Aroma belerang tercium tajam di wilayah-wilayah itu. Debu tebal juga menutupi rumah-rumah di sana.
Seorang pengungsi, Idawati menuturkan, ia baru meninggalkan rumahnya Sabtu (28/8) malam, setelah merasakan getaran yang sangat keras dan mendengar suara letusan. Ia meninggalkan kediamannya bersama keluarga dan warga lainnya tanpa membawa barang apapun. Ia juga mengaku tak sempat melihat lava panas yang disemburkan Gunung Sinabung karena kepanikan yang melanda saat ia dan keluarganya mengungsi.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Senin, Agustus 30, 2010
senin 30 agustus sinabung meletus lagi yg sebelumnya di dahului gempa termor.
salam relawan... salam Tagana..
unung Sinabung yang berlokasi di Desa Merdinding,Kecamatan Payung,Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara kembali menyemburkan asap tebal hitam sekitar pukul 06.30 WIB, Senin (30/8). Seorang warga Kabanjahe Irfin Dian(35) yang tetap memantau perkembangan Gunung Sinabung itu menyebutkan, sebelum gunung berapi mengeluarkan asap hitam itu, terjadi gempa selama lima menit.
Sebelumnya, Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut itu meletus dan mengeluarkan asap tebal serta percikan api, Sabtu (28/8) sekitar pukul 23.00 WIB.
Semburan asap yang terjadi di Gunung Sinabung itu, juga mengeluarkan debu vulkanik dan partikel belerang berwarna putih bercampur keabu-abuan. Partikel belerang itu juga menutupi areal perkebunan dan pertanian milik warga yang bermungkim dibawah kaki Gunung Sinabung tersebut.
Dian mengatakan, gempa yang terjadi secara-tiba itu, cukup dirasakan warga di Kota Kabanjahe ibu kota kabupaten Tanah Karo. Gempa itu juga mengagetkan warga setempat yang baru saja melakukan sahur dan melaksanakan Shalat Subuh .
Bahkan, sebagian warga Kabanjahe itu lari berhamburan ke luar rumah setelah mengetahui adanya gempa tersebut. "Ini mungkin untuk menjaga hal-hal yang tidak diingini," kata pengusaha rumah makan itu.
Salah seorang warga Kabanjahe, Om Gunung (50) mengakui, merasa cemas dan ketakutan setelah terjadinya gempa selama lima menit, sebelum Gunung Sinabung itu mengeluarkan asap tebal bercampur debu vulkanik. "Saya sempat merasakan getaran gempa itu dan lutut saya ini seperti tidak bisa digerakkan pada saat kejadian tersebut," katanya.
Om Gunung itu memperkirakan getaran gempa tersebut cukup cukup keras, karena jarak Gunung Sinabung dengan Kota Kabanjahe cukup jauh sekitar lebih kurang 25 km. Namun demikin, jelasnya, getaran gempa yang terjadi di Gunung Sinabung itu bisa dirasakan hingga ke Kota Kabanjahe.
"Ini benar-benar luar biasa, dan bagaimana pula bagi warga yang tinggal di bawah kaki Gunung Sinabung itu, dan tentunya getaran yang dirasakan lebih kuat lagi.Ini perlu diwaspadai dan hati-hati," katany
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
tvOne: Gunung Sinabung Kembali Keluarkan Asap - Kabar Siang
tvOne: Gunung Sinabung Kembali Keluarkan Asap - Kabar Siang
salam relawan... salam Tagana..Tim Kordinator Tagana Jawa timurBy. Opered
salam relawan... salam Tagana..Tim Kordinator Tagana Jawa timurBy. Opered
Presiden Instruksikan BNPB & Pemda Sumut Bertindak Cepat
salam relawan... salam Tagana.. T
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah mendengar bencana meletusnya gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut). Presiden menginstruksikan agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemda Sumut bertindak cepat untuk menyelamatkan penduduk.
"Presiden menginstruksikan kepada kepala BNPB, menteri-menteri terkait dan Pemda Sumut agar segera bertindak cepat," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, kepada detikcom, Minggu (29/8/2010).
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Sinabung meletus pada pukul 00.10 WIB. Gunung yang semula tergolong tipe B itu kini berubah menjadi tipe A dan berstatus awas.
Sebelumnya Andi mengatakan, penduduk yang berada di radius 6 Km dari titik kaki gunung setinggi 2.400 Mdpl itu dalam proses evakuasi. Penduduk akan diungsikan ke tempat yang aman, yakni ke Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Kabanjahe.
Kepala PVMBG Surono sekitar pukul 01.00 WIB mengatakan, sementara belum ada laporan korban jiwa akibat bencana gunung meletus ini.
im Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah mendengar bencana meletusnya gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut). Presiden menginstruksikan agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemda Sumut bertindak cepat untuk menyelamatkan penduduk.
"Presiden menginstruksikan kepada kepala BNPB, menteri-menteri terkait dan Pemda Sumut agar segera bertindak cepat," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, kepada detikcom, Minggu (29/8/2010).
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Sinabung meletus pada pukul 00.10 WIB. Gunung yang semula tergolong tipe B itu kini berubah menjadi tipe A dan berstatus awas.
Sebelumnya Andi mengatakan, penduduk yang berada di radius 6 Km dari titik kaki gunung setinggi 2.400 Mdpl itu dalam proses evakuasi. Penduduk akan diungsikan ke tempat yang aman, yakni ke Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Kabanjahe.
Kepala PVMBG Surono sekitar pukul 01.00 WIB mengatakan, sementara belum ada laporan korban jiwa akibat bencana gunung meletus ini.
im Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Tidur Panjang Sejak Abad 17, Meletusnya Gunung Sinabung Catat Sejarah
salam relawan... salam Tagana..
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) bak bangun dari tidur panjangnya. Setelah meletus sekitar 410 tahun lalu, gunung ini tidak menunjukkan tanda-tanda aktif. Namun, kini gunung tersebut meletus kembali.
"Ini seperti kertas putih yang akan kita tulis sejarahnya bahwa tanggal 29 Agustus lembaran baru Gunung Sinabung tercatat. Gunung Sinabung meletus kembali sejak tahun 1.600," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Minggu (29/8/2010).
Karena tidak aktif selama ratusan tahun, gunung yang berketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut itu digolongkan bertipe B. Contoh lain dari gunung tipe tersebut adalah Gunung Merbabu yang berdampingan dengan Gunung Merapi di Yogyakarta serta Gunung Sibayak di Sumut.
Menurut Surono, gunung tipe B adalah gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magnetik. Berdasarkan prioritas ancaman, gunung tipe B tidak dipantau. Akan, tetapi ia membantah Gunung Sinabung lepas sama sekali dari pengamatan.
"Kalau tipe B itu tidak dipantau, namun ada penyelidikan tidak rutin," katanya.
Sejak meletus pada pukul 00.10 tengah malam tadi, lanjut Surono, PVMBG mengubah tipe gunung tersebut menjadi tipe A dengan status awas. Gunung itu selanjutnya akan dipantau setiap hari selama 24 jam.
Apakah akan terjadi letusan susulan? "Kami tidak bisa mengetahui seperti apa. Kami tidak mengenali sebelumnya bagaimana aktivitas Gunung Sinabung ini. Makanya kami kirim tim untuk mengetahui karakter gunung itu," tukas Surono.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) bak bangun dari tidur panjangnya. Setelah meletus sekitar 410 tahun lalu, gunung ini tidak menunjukkan tanda-tanda aktif. Namun, kini gunung tersebut meletus kembali.
"Ini seperti kertas putih yang akan kita tulis sejarahnya bahwa tanggal 29 Agustus lembaran baru Gunung Sinabung tercatat. Gunung Sinabung meletus kembali sejak tahun 1.600," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Minggu (29/8/2010).
Karena tidak aktif selama ratusan tahun, gunung yang berketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut itu digolongkan bertipe B. Contoh lain dari gunung tipe tersebut adalah Gunung Merbabu yang berdampingan dengan Gunung Merapi di Yogyakarta serta Gunung Sibayak di Sumut.
Menurut Surono, gunung tipe B adalah gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magnetik. Berdasarkan prioritas ancaman, gunung tipe B tidak dipantau. Akan, tetapi ia membantah Gunung Sinabung lepas sama sekali dari pengamatan.
"Kalau tipe B itu tidak dipantau, namun ada penyelidikan tidak rutin," katanya.
Sejak meletus pada pukul 00.10 tengah malam tadi, lanjut Surono, PVMBG mengubah tipe gunung tersebut menjadi tipe A dengan status awas. Gunung itu selanjutnya akan dipantau setiap hari selama 24 jam.
Apakah akan terjadi letusan susulan? "Kami tidak bisa mengetahui seperti apa. Kami tidak mengenali sebelumnya bagaimana aktivitas Gunung Sinabung ini. Makanya kami kirim tim untuk mengetahui karakter gunung itu," tukas Surono.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung Meletus Lagi, Warga Yang Bertahan Akhirnya Mengungsi
salam relawan...
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, kembali meletus pagi ini. Warga yang semula berjaga di rumah yang berada di zona bahaya akhirnya memilih ikut mengungsi.
"Kami sekarang sudah meninggalkan rumah sekitar 3 kilometer. Karena debunya mengarah ke desa kami di Desa Kutagunggung," ujar warga setempat, Terkelin Sembiring, saat berbincang dengan detikcom, Senin (30/8/2010).
Terkelin yang semula bertahan dengan 9 warga lainnya untuk menjaga rumah akhirnya memilih berkemas-kemas menuju tempat yang lebih aman. Sebab, hutan di sekeliling desanya sudah rata tertutup debu vulkanik.
"Kami tinggal 10 orang langsung pergi karena hutan sudah jadi putih semua. Kita rencananya mau naik motor ke Kabupaten Langkat yang lebih aman," papar Terkelin.
Sebelumnya diberitakan pada pukul 06.20 WIB, Senin (30/8/2010), warga setempat melihat ada dua kepulan asap gelap keluar dari puncak Gunung Sinabung disertai letusan dan getaran. Selain mengeluarkan asap gelap, Gunung Sinabung juga terlihat mengeluarkan lahar.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, kembali meletus pagi ini. Warga yang semula berjaga di rumah yang berada di zona bahaya akhirnya memilih ikut mengungsi.
"Kami sekarang sudah meninggalkan rumah sekitar 3 kilometer. Karena debunya mengarah ke desa kami di Desa Kutagunggung," ujar warga setempat, Terkelin Sembiring, saat berbincang dengan detikcom, Senin (30/8/2010).
Terkelin yang semula bertahan dengan 9 warga lainnya untuk menjaga rumah akhirnya memilih berkemas-kemas menuju tempat yang lebih aman. Sebab, hutan di sekeliling desanya sudah rata tertutup debu vulkanik.
"Kami tinggal 10 orang langsung pergi karena hutan sudah jadi putih semua. Kita rencananya mau naik motor ke Kabupaten Langkat yang lebih aman," papar Terkelin.
Sebelumnya diberitakan pada pukul 06.20 WIB, Senin (30/8/2010), warga setempat melihat ada dua kepulan asap gelap keluar dari puncak Gunung Sinabung disertai letusan dan getaran. Selain mengeluarkan asap gelap, Gunung Sinabung juga terlihat mengeluarkan lahar.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
salam relawan... salam Tagana.
Pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), mencapai 18.665 jiwa. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah jika situasi tidak membaik.
Menkokesra Agung Laksono yang berkunjung ke posko utama menuturkan sejauh ini langkah-langkah penanganan secara simultan oleh semua pihak masih terus berlangsung. Diharapkan situasi akan membaik, namun segala persiapan untuk kemungkinan terburuk terus disiagakan.
"Sejauh ini pengungsi berjumlah 18.665 jiwa. Mereka umumnya warga yang tidak berada di zona siaga, yakni enam kilometer dari pusat letusan. Jika memang ada pertambahan pengungsi, ya kita akan tetap berupaya," kata Agung Laksono kepada wartawan di Posko Utama Penanggulangan Bencana di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karo, Jl. Veteran, Kabanjahe, Karo, Minggu (29/8/2010).
Menurut Agung, merupakan kewajiban Pemerintah dan semua pihak untuk membantu penanganan korban bencana letusan gunung ini. Semua kalangan diimbau untuk turut serta meringankan beban para pengungsi.
"Mereka juga saudara-saudara kita, dan kita harus lakukan segala upaya membantu mereka," kata Agung Laksono yang berbicara didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Sumut RE Nainggolan dan Bupati Karo DD Sinulingga.
. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), mencapai 18.665 jiwa. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah jika situasi tidak membaik.
Menkokesra Agung Laksono yang berkunjung ke posko utama menuturkan sejauh ini langkah-langkah penanganan secara simultan oleh semua pihak masih terus berlangsung. Diharapkan situasi akan membaik, namun segala persiapan untuk kemungkinan terburuk terus disiagakan.
"Sejauh ini pengungsi berjumlah 18.665 jiwa. Mereka umumnya warga yang tidak berada di zona siaga, yakni enam kilometer dari pusat letusan. Jika memang ada pertambahan pengungsi, ya kita akan tetap berupaya," kata Agung Laksono kepada wartawan di Posko Utama Penanggulangan Bencana di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karo, Jl. Veteran, Kabanjahe, Karo, Minggu (29/8/2010).
Menurut Agung, merupakan kewajiban Pemerintah dan semua pihak untuk membantu penanganan korban bencana letusan gunung ini. Semua kalangan diimbau untuk turut serta meringankan beban para pengungsi.
"Mereka juga saudara-saudara kita, dan kita harus lakukan segala upaya membantu mereka," kata Agung Laksono yang berbicara didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Sumut RE Nainggolan dan Bupati Karo DD Sinulingga.
. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung Meletus, Pengungsi Kesulitan Dapat Tempat Tidur
salam relawan...
Pengungsi yang jumlahnya mencapai 18.665 jiwa membuat seluruh lokasi penampungan penuh. Sebagian pengungsi pun kesulitan mendapatkan tempat untuk beristirahat malam.
Sitepu, salah seorang pengungsi yang berada di penampungan Jambur Lige, Jl Mariam Ginting, Kabanjahe, tak yakin dapat tidur di penampungan malam ini. Pasalnya, kapasitas penampungan terlalu kecil dibandingkan jumlah pengungsi.
“Kan tidak mungkin kita memaksakan diri di sini, banyak ibu-ibu dan anak-anak. Jadi mungkin kita tidur di manalah,” keluh Sitepu, kepada detikcom di lokasi penampungan di Jl Mariam Ginting, Kabanjahe, Karo, Sumut, Minggu (29/8/2010).
Sitepu rencananya ingin tidur di emperan yang ada di sekitar lokasi penampungan tersebut. Namun saat Sitepu mengenakan jaket agar tidak kedinginan, hujan membuat emperan yang diincarnya menjadi basah dan tidak mungkin digunakan tidur. Dirinya berharap ada sedikit ruang di penampungan yang bisa untuk istirahat malam.
“Mudah-mudahanlah dapat tempat tidurnya nanti. Namanya bencana ya beginilah,” harapnya.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Pengungsi yang jumlahnya mencapai 18.665 jiwa membuat seluruh lokasi penampungan penuh. Sebagian pengungsi pun kesulitan mendapatkan tempat untuk beristirahat malam.
Sitepu, salah seorang pengungsi yang berada di penampungan Jambur Lige, Jl Mariam Ginting, Kabanjahe, tak yakin dapat tidur di penampungan malam ini. Pasalnya, kapasitas penampungan terlalu kecil dibandingkan jumlah pengungsi.
“Kan tidak mungkin kita memaksakan diri di sini, banyak ibu-ibu dan anak-anak. Jadi mungkin kita tidur di manalah,” keluh Sitepu, kepada detikcom di lokasi penampungan di Jl Mariam Ginting, Kabanjahe, Karo, Sumut, Minggu (29/8/2010).
Sitepu rencananya ingin tidur di emperan yang ada di sekitar lokasi penampungan tersebut. Namun saat Sitepu mengenakan jaket agar tidak kedinginan, hujan membuat emperan yang diincarnya menjadi basah dan tidak mungkin digunakan tidur. Dirinya berharap ada sedikit ruang di penampungan yang bisa untuk istirahat malam.
“Mudah-mudahanlah dapat tempat tidurnya nanti. Namanya bencana ya beginilah,” harapnya.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
BENCANA LETUSAN GN SINABUNG BUKAN BENCANA NASIONAL
salam relawan... salam Tagana..
Dini hari tadi, Gunung Sinabung meletus dan mengeluarkan abu vulkanik. Namun menurut Menko Kesra Agung Laksono, peristiwa tersebut bukanlah letusan.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Dini hari tadi, Gunung Sinabung meletus dan mengeluarkan abu vulkanik. Namun menurut Menko Kesra Agung Laksono, peristiwa tersebut bukanlah letusan.
"Bukan letusan, itu semburan asap, makin siang makin berkurang. Jarak pandang sudah lebih baik. Bau belerang sudah banyak berkurang," kata Agung kepada wartawan di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Senin (30/8/2010).
Agung memaparkan, data jumlah pengungsi yang diterima pemerinta mencapai 30 ribu jiwa. Jumlah pengungsi bertambah dikarenakan ada suara gemuruh, semacam gempa bumi.
"(Para pengungsi) diharapkan kembali ke rumah masing-masing, 25 kilometer dari pusat ledakan bisa kembali," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Pusat Data Informasi Dan Humas BNPB Triadi Sardono mengungkapkan, saat ini, ada 17 titik pengungsian, di antaranya di Kota Kabanjahe 10 titik, Berastagi dua titik, Bregesi satu titik, Siapang satu titik, Kota Bulu satu titik, Singgamanik dua titik.
Para pengungsi membutuhkan selimut, tenda, obat, susu, dan pembalut wanita. Kebutuhan yang paling mendesak adalah masker, MCK, sabun, dan susu bayi.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung Bikin Malaysia, Singapura Panik
salam relawan... salam Tagana..
Apa jadinya jika Gunung Sinabung meletus? Gunung berdiameter 7 kilometer ini bisa membuat Malaysia dan Singapura panik.
"Debu vulkanik akibat letusan Gunung Sinabung bisa mengganggu lalu lintas penerbangan," kata staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief kepada INILAH.COM, Senin (30/8).
Selama ratusan tahun, Gunung Sinabung mengumpulkan magma untuk diledakan dalam letusan besar. Ledakan tersebut berbahaya.
Badan Gunung Sinabung yang mempunyai diameter 7 kilometer masih berupa kerucut tajam dan bentuknya masih seperti tumpeng. Artinya kalau diibaratkan bisul memang belum pernah pecah, melainkan bisul yang sedang tumbuh.
"Gunung ini benar-benar harus dipantau sangat serius karena lokasinya cukup dekat dengan lokasi padat penduduk," ujar staf Andi Arief.
Gunung Sinabung yang berlokasi di Desa Merdinding, Kecamatan Payung, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, Senin (30/8) sekitar pukul 06.30 WIB, kembali menyemburkan asap tebal hitam.
Irfin Dian (35) warga Kabanjahe yang memantau perkembangan Gunung Sinabung itu, ketika dihubungi, menyebutkan terjadi 5 menit gempa sebelum gunung berapi mengeluarkan asap hitam.
Semburan asap yang terjadi di Gunung Sinabung itu, juga mengeluarkan debu vulkanik dan partikel belerang berwarna putih bercampur keabu-abuan.
Sebelumnya, Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut itu meledak dan mengeluarkan asap tebal serta percikan api, Sabtu (28/8) sekitar pukul 23.00 WIB.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Apa jadinya jika Gunung Sinabung meletus? Gunung berdiameter 7 kilometer ini bisa membuat Malaysia dan Singapura panik.
"Debu vulkanik akibat letusan Gunung Sinabung bisa mengganggu lalu lintas penerbangan," kata staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief kepada INILAH.COM, Senin (30/8).
Selama ratusan tahun, Gunung Sinabung mengumpulkan magma untuk diledakan dalam letusan besar. Ledakan tersebut berbahaya.
Badan Gunung Sinabung yang mempunyai diameter 7 kilometer masih berupa kerucut tajam dan bentuknya masih seperti tumpeng. Artinya kalau diibaratkan bisul memang belum pernah pecah, melainkan bisul yang sedang tumbuh.
"Gunung ini benar-benar harus dipantau sangat serius karena lokasinya cukup dekat dengan lokasi padat penduduk," ujar staf Andi Arief.
Gunung Sinabung yang berlokasi di Desa Merdinding, Kecamatan Payung, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, Senin (30/8) sekitar pukul 06.30 WIB, kembali menyemburkan asap tebal hitam.
Irfin Dian (35) warga Kabanjahe yang memantau perkembangan Gunung Sinabung itu, ketika dihubungi, menyebutkan terjadi 5 menit gempa sebelum gunung berapi mengeluarkan asap hitam.
Semburan asap yang terjadi di Gunung Sinabung itu, juga mengeluarkan debu vulkanik dan partikel belerang berwarna putih bercampur keabu-abuan.
Sebelumnya, Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut itu meledak dan mengeluarkan asap tebal serta percikan api, Sabtu (28/8) sekitar pukul 23.00 WIB.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
100 PERSONIL TAGANA PADA UNIT SRC BARAT SUDAH BERGERAK
salam relawan... salam Tagana..
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan pemerintah menyiapkan tambahan bantuan untuk penanganan bencana dan pengungsi di sekitar Gunung Sinabung di Desa Merdinding, Kecamatan Payung, Kabupaten Tanah Karo, Sumatra Utara, yang meletus Minggu (29/8). "Ini bencana lokal. Meski demikian pemerintah pusat tetap memberikan perhatian. Kementerian terkait seperti Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan sudah bikin posko di sana untuk memberikan pelayanan kepada penduduk yang mengungsi," kata Agung Laksono seusai meninjau Pasar Segar dan Ramah Mandiri serta Pasar Swalayan Farmer`s Market di Kelapa Gading, Jakarta, Senin (30/8).
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, tutur dia, sudah memberikan bantuan awal Rp500 juta untuk membantu pemerintah daerah menangani dampak bencana dan berencana memberikan bantuan tambahan jika diperlukan. "Nanti ada tambahan lagi, sedang dihitung oleh tim karena kondisi mungkin berkembang. Kita pantau terus perkembangannya. Kita lihat dalam 10 hari saja sudah habis Rp16 miliar," bebernya.
Hingga saat ini, ia mengatakan, pemerintah daerah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah masih bisa menangani dampak letusan gunung berketinggian 2.640 meter di atas permukaan laut yang menunjukkan peningkatan aktifitas vulkaniknya beberapa hari terakhir itu.
Bantuan masyarakat bagi warga yang harus mengungsi untuk menghindari dampak letusan Gunung Sinabung, kata Agung, juga sudah mulai mengalir melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pada kesempatan itu Agung juga meminta penduduk sekitar Sinabung tetap berada di pengungsian selama status gunung berapi masih 'awas'.
"Selama masih 'awas' warga diminta tetap di pengungsian. Sampai kemarin pengungsi sebanyak 18.660 orang, mereka tinggal di 15-17 titik pengungsian. Kemungkinan jumlahnya bisa bertambah," katanya.
Menurut data BNPB, sampai Senin pukul 09.00 WIB letusan Gunung Sinabung di Provinsi Sumatra Utara telah menyebabkan dua orang meninggal dunia dan membuat sekitar 21.096 warga mengungsi di di delapan kecamatan.
Setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Sinabung menjadi 'awas', Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat melakukan rapat koordinasi dengan sektor terkait serta meninjau ke lokasi bencana dan mengevakuasi penduduk ke tempat yang lebih aman. Posko penanggulangan bencana, dapur umum, tangki air minum serta fasilitas mandi cuci kakus sudah dibangun di lokasi pengungsian.
Selain Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, BNPB juga sudah memberikan bantuan uang Rp500 juta untuk penanganan bencana dan pengungsi sementara Kementerian Kesehatan memberikan bantuan berupa 27.000 masker, 135 dus makanan pendamping ASI, dua koli obat-obatan dan tenaga medis.
Pemerintah Provinsi Sumatra Utara juga mengirimkan bantuan logistisk antara lain berupa 50 ton beras, 14.000 kaleng ikan kalengan, satu mobil tangki air mineral, 1.000 botol kecap; 240 kilogram mie goreng, delapan bal kain sarung, 500 potong selimut, 50 set tenda, serta 200 buah tikar.
Sebanyak 486 personil TNI, 378 personil Polri, 100 personil Tagana dan 17 tenaga medis dari Dinas Kesehatan juga sudah digerakkan ke lokasi pengungsian untuk membantu warga yang menjadi korb
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Rute penerbangan terganggu oleh hujan abu pasir bercampur belerang
salam relawan... salam Tagana..
Bandara Sultan Syarif (SSK) II Pekanbaru kini dijadikan satu-satunya landasan untuk pendaratan darurat jika adanya gangguan penerbangan menuju Medan.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Bandara Sultan Syarif (SSK) II Pekanbaru kini dijadikan satu-satunya landasan untuk pendaratan darurat jika adanya gangguan penerbangan menuju Medan.
Hal ini terkait akan adanya gangguan debu vulkanik dari Gunung Sinabung di Sumatera Utara yang sewaktu-waktu bisa menggangu penerbangan dari berbagai daerah menuju Bandara Polonia Medan.
"Hari ini kita mendapatkan instruksi dari Kepala Bandara, kalau Bandara Pekanbaru dijadikan pendaratan dari berbagai daerah," kata Airport Duty Maneger SSK Pekanbaru Ibnu Hasan kepada okezone, (30/8/2010).
Berbagai penerbangan yang akan singgah ke Pekanbaru karena gangguan misalkan dari rute Jakarta-Medan, Padang-Medan, dan sebagainya. Sedangkan penerbangan khusus dari rute Pekanbaru ke Medan hanya ada dua maskapai yakni Mandala dan Sriwijaya Air.
"Mengenai hal ini kita sebagai pengelola sudah siap menjadi tempat alternatif dan kita akan laksanakan sesuai dengan standard operasional,"
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung ....????
salam relawan... salam Tagana..
Sekilas tentang Sinabung
Meletusnya gunung berapi Sinabung di di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, malam tadi, membuat warga di sejumlah desa di kaki gunung tersebut panik. Kepanikan juga dirasakan warga Kabanjahe dan membuat suasana menjadi ricuh. Kini sebagian besar warga telah dievakuasi ke Kota Kabanjahe yang dianggap sebagai lokasi paling aman.
Aktivitas Gunung Sinabung hingga kini tetap tinggi dan semburan lahar panas terus mengalir. Gunung Sinabung memuntahkan lahar panas pukul 23.30 WIB. Sehari sebelumnya, gunung ini sempat menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan hujan deb
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Sekilas tentang Sinabung
Gunung Sinabung adalah nama sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah 2 gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Dengan ketinggian 2.460 meter, gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara.
Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.
Aktivitas Gunung Sinabung hingga kini tetap tinggi dan semburan lahar panas terus mengalir. Gunung Sinabung memuntahkan lahar panas pukul 23.30 WIB. Sehari sebelumnya, gunung ini sempat menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan hujan deb
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Nusantara Abu Vulkanik Meluas, Pemkab Tetapkan Siaga
salam relawan... salam Tagana..
Penyebaran abu vulkanik yang keluar dari Gunung Sinabung terus meluas lantaran tertiup angin. Khawatir berbahaya, pemerintah setempat menetapkan status siaga satu untuk daerah yang berjarak radius 6 kilometer dari Sinabung.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Penyebaran abu vulkanik yang keluar dari Gunung Sinabung terus meluas lantaran tertiup angin. Khawatir berbahaya, pemerintah setempat menetapkan status siaga satu untuk daerah yang berjarak radius 6 kilometer dari Sinabung.
Warga dilarang menempati rumah yang berada di radius 6 kilometer dan diminta mengungsi. Tercatat, sebanyak 12 desa berada di jarak itu. Yakni Desa Sigarang-garang, Sukanalu Teran, Bekerah, Cimacem, Gamber, Sukameriah, Kuta Rakyat, Kuta Gugung, Naman, Kuta Mbelin, Kebayaken, dan Guru Kinayan.
Praktis, dengan demikian jumlah pengungsi pun bertambah. Menurut informasi dari Sekda Karo Makmur Ginting, warga yang mengungsi kini berjumlah 27.272 orang.
“Warga mengungsi lagi karena tadi terjadi ledakan yang cukup keras, cuma ledakan tadi tidak mengeluarkan api tapi hanya asap dan abu,” katanya, Senin (30/8/2010).
Kemudian untuk radius 6 km ke depan dinyatakan rawan satu. Di mana di sana terdapat sembilan desa. Selanjutnya daerah rawan dua yang terdapat dari 10 desa.
Pantauan di kaki Gunung Sinabung, abu vulkanik saat ini mulai berkurang lantaran terbawa arah angin ke Kabupaten Langkat dan Binjai. Namun saat ini yang terlihat tinggal asap hitam.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Sinabung Meletus, Warga Sumbar Tak Perlu Cemas
salam relawan... salam Tagana..
PADANG - Meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara pada hari Minggu dini hari kemarin diyakini tak akan berdampak kepada warga Sumatera Barat. Warga pun diharap tenang.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
PADANG - Meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara pada hari Minggu dini hari kemarin diyakini tak akan berdampak kepada warga Sumatera Barat. Warga pun diharap tenang.
”Meski Gunung Sinabung dengan Gunung Talang yang terletak di Kabupaten Solok ’bersaudara’ atau sejajar letaknya, tapi belum ada penelitian yang menyatakan dapur magma Gunung Sinabung dengan Gunung Talang sama,” kata Ade Edwar, Koodinator Ikatan Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat kepada okezone, Senin (30/8/2010).
Artinya, kata Ade, dengan meletusnya Gunung Sinabung belum ada pengaruh dengan aktivitas gunung api di Sumbar. Tapi Ade mengatakan secara topografi bisa jadi patahan Gunung Sinabung sama dengan Gunung Pasaman dan Gunung Talamau Pasaman.
”Di kawasan itu ada tiga segmen atau patahan, yaitu segmen Angkola, Marumun, dan Sumpur. Patahan ini berada antara pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia,” ungkap Ade.
Hal tersebut sama dengan segmen Sianak (Agam) satu jalur dengan Sumani (Solok) dan Suliti kemudian terus ke Gunung Kerinici. Sementara segmen Sumpur membenteng dari Palupuh (Agam) hingga Rao (Pasaman) terus ke utara sampai ke Danau Toba, Sumatera Utara.
”Meski tidak ada pengaruhnya dengan patahan dan gunung api di Sumatera Barat akibat letusan Gunung Sinabung tersebut, warga Sumbar diminta tetap waspada karena kawasan Sumatera Barat sangat rentan dengan bencana alam
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Mengapa Sinabung sukar di prediksi
salam relawan... salam Tagana..
Letusan Gunung Sinabung dini hari tadi, lebih besar dari letusan sebelumnya pada Sabtu lalu. Tapi letusan kedua lagi-lagi luput dari pantauan.
Letusan Gunung Sinabung dini hari tadi, lebih besar dari letusan sebelumnya pada Sabtu lalu. Tapi letusan kedua lagi-lagi luput dari pantauan.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Letusan Gunung Sinabung dini hari tadi, lebih besar dari letusan sebelumnya pada Sabtu lalu. Tapi letusan kedua lagi-lagi luput dari pantauan.
"Gunung Sinabung tidak meletus selama 400 tahun, jadi kami tidak mengetahui aktivitasnya dan belum ada data terbaru karena kami belum mempelajari karakteristiknya," ujar Kepala Pusat Data Informasi Dan Humas BNPB Triadi Sardono kepada okezone, Senin (30/8/2010).
Letusan Gunung Sinabung dini hari tadi, lebih besar dari letusan sebelumnya pada Sabtu lalu. Tapi letusan kedua lagi-lagi luput dari pantauan.
"Gunung Sinabung tidak meletus selama 400 tahun, jadi kami tidak mengetahui aktivitasnya dan belum ada data terbaru karena kami belum mempelajari karakteristiknya," ujar Kepala Pusat Data Informasi Dan Humas BNPB Triadi Sardono kepada okezone, Senin (30/8/2010).
Saat ini, menurut Sardono, pihaknya baru meneliti karakteristik Sinabung.
Wikipedia mencatat, Gunung Sinabung terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang berada persis di dekatnya, adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Gunung Sinabung berada di ketinggian 2.460 meter.
Saat ini, menurut Sardono, pihaknya baru meneliti karakteristik Sinabung.
Wikipedia mencatat, Gunung Sinabung terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang berada persis di dekatnya, adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Gunung Sinabung berada di ketinggian 2.460 meter.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Gunung Sinabung Meletus
salam relawan... salam Tagana..
Tengah malam tadi, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus. Namun sayangnya, belum semua warga yang tinggal di sekitar kaki gunung berhasil dievakuasi.
Pukul 00.12 WIB, tampak asap letusan dengan ketinggian 1500 meter dari bibir kawah.
Rekomendasi
- Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 6 km dari kawah aktif agar diungsikan ke tempat yang aman.
- Jika terjadi hujan abu cukup deras, agar masyarakat menggunakan masker penutup hidung dan mulut serta menutup sumber air untuk keperluan minum.
- Mengingat G. Sinabung tidak diketahui aktivitas dan sifat letusannya, maka masyarakat agar bersabar mengikuti arahan Pemerintah Daerah (BPBD/Satlak/Satkorlak) dan Pemerintah Daerah agar senantiasa berkoordinasi dengan Tim ahli di lapangan.
- Mengingat saat ini di wilayah sekitar G. Sinabung sering turun hujan, agar masyarakat yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di puncak G. Sinabung agar mewaspadai kemungkinan terjadinya bahaya sekunder berupa banjir lahar.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Tengah malam tadi, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus. Namun sayangnya, belum semua warga yang tinggal di sekitar kaki gunung berhasil dievakuasi.
Kepala Pusat Data Informasi Dan Humas BNPB Triadi Sardono mengungkapkan, hingga kini masih ada satu desa yang belum bisa dijangkau oleh tim evakuasi.
"Posisinya di dekat puncak," katanya kepada okezone, Senin (30/8/2010).
Saat ini, lanjut dia, ada 17 titik pengungsian, di antara di Kota Kabanjahe 10 titik, Berastagi dua titik, Bregesi satu titik, Siapang satu titik, Kota Bulu satu titik, Singgamanik dua titik.
"Saat ini di pengungian terlalu padat," ujarnya.
Jumlah pengungsi, lanjut dia, masih simpang siur. BNPB mencatat ada 34 ribu warga yang terpaksa mengungsi karena semburan debu dari Gunung Sinabung.
"Mereka membutuhkan selimut, tenda, obat, susu, dan pembalut wanita. Kebutuhan yang paling mendesak adalah masker, MCK, sabun, dan susu bayi," paparny
Dengan aktivitas tersebut maka G. Sinabung diubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AWAS terhitung pukul 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010.
Pukul 00.10 WIB berkoordinasi dengan tim di lapangan, diputuskan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas pada radius 6 km dari kawah aktif. Pukul 00.12 WIB, tampak asap letusan dengan ketinggian 1500 meter dari bibir kawah.
Rekomendasi
- Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 6 km dari kawah aktif agar diungsikan ke tempat yang aman.
- Jika terjadi hujan abu cukup deras, agar masyarakat menggunakan masker penutup hidung dan mulut serta menutup sumber air untuk keperluan minum.
- Mengingat G. Sinabung tidak diketahui aktivitas dan sifat letusannya, maka masyarakat agar bersabar mengikuti arahan Pemerintah Daerah (BPBD/Satlak/Satkorlak) dan Pemerintah Daerah agar senantiasa berkoordinasi dengan Tim ahli di lapangan.
- Mengingat saat ini di wilayah sekitar G. Sinabung sering turun hujan, agar masyarakat yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di puncak G. Sinabung agar mewaspadai kemungkinan terjadinya bahaya sekunder berupa banjir lahar.
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Sabtu, Agustus 07, 2010
RELAWAN NASIONAL MARI BERGABUNG BERSAMA TAGANA INDONESIA
salam relawan...
Bantuan bencana gempa di Sumatra Barat atau di Jawa Barat ini masih lebih dominan terfokus pada persoalan-persoalan teknis lapangan, seperti bagaimana mengevakuasi warga, upaya membuat rumah tahan gempa, atau mendeteksi situasi gejala alam serta samudra melalui jaringan satelit.
Upaya-upaya itu memang sangat diperlukan. Sehingga, ketika bencana kembali datang tak terduga, masyarakat dan pemerintah tak lagi kelinglungan menghadapi situasi itu. Namun, sesungguhnya, ada problem yang lebih fundamental, yaitu respons pemerintah terhadap upaya pencegahan itu. Masalah pembentukan relawan bertaraf nasional mestinya juga harus menjadi perhatian serius sebab masalah relawan, khususnya di negara-negara maju, tetap dipersiapkan dan disiagakan meskipun tidak ada bencana.
Artinya, persiapan dini bukan berarti mempersiapkan hanya sebatas ketika akan terjadi bencana atau mempersiapkan dalam tenggat waktu yang sifatnya temporer. Dalam tataran itu, ketika bencana sudah lama tidak datang, bukan berarti persiapan itu lantas ditiadakan. Seharusnya, yang dimaksud persiapan dini terus bersifat kontinu, bahkan mestinya distrukturkan menjadi sebentuk kelembagaan yang permanen.
Salah satu masalah fundamental dalam upaya pencegahan dini adalah bagaimana pemerintah membentuk struktur kelembagaan tentang relawan nasional.
Tugas relawan, seperti juga yang dikembangkan di negara-negara maju, tak hanya bertugas pada masalah-masalah praktis, seperti bertugas mengevakuasi di daerah yang terkena bencana atau merestrukturasi bangunan-bangunan yang hancur. Namun, tugasnya diperluas dalam bentuk memberi bantuan pada bidang pendidikan, masalah medis, informasi, keterampilan, dan sebagainya.
Di Australia, menurut laporan Peter Britton, seorang manajer senior di Australian Volunteer International, telah dikembangkan dunia relawan semenjak dekade 50-an. Saat ini, bidang volunteerism sudah sangat mapan dan bersifat permanen, bahkan go international. Lebih dari 5.000 relawan dari Australia pada tahun 80-90-an pernah disebarkan ke negara-negara, seperti Afrika, kepulauan di Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah, atau pada suku asli Australia, yang membutuhkan bantuan pertolongan dalam bidang medis dan kesehatan, pendidikan dan pengajaran, teknologi informasi, keterampilan sosial, serta pertanian.
Para relawan itu bekerja, baik untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, untuk masyarakat sipil (LSM), maupun pihak-pihak swasta. Mereka diambil dari berbagai kalangan yang memiliki idealisme dan tanggung jawab serta memiliki kepekaan (sensitivitas) pada masalah-masalah sosial. Mereka dibekali kemampuan atau mendapat pelatihan-pelatihan khusus dari lembaga yang menyelenggarakan relawan itu. Di Australia, dunia relawan tak hanya bagi kepentingan negara bangsa, namun dunia relawan juga diperuntukkan bagi negara-negara bangsa yang membutuhkannya dan dieksekusi dalam sebuah jaringan internasional volunteerism (Peter Britton, International Volunteerism and Global Survival, 2002).
Satu hal penting lagi, para relawan memiliki latar belakang komitmen pada keinginan dan kecintaan mereka untuk perdamaian. Dedikasi mereka ditujukan tak hanya bagi kepentingan negara itu sendiri, tapi lebih karena kepedulian untuk menolong sesama, belajar membina sensitivitas sosial, serta membuka hubungan dengan beragam etnik, budaya, dan sebagainya. Para relawan memberi kontribusi bagi pengembangan sebuah komunitas yang terkena bencana atau sebuah 'komunitas terbelakang' yang dilandasi kesetaraan hubungan kemanusiaan.
Dalam soal-soal hubungan kemanusiaan itu, kebijakan pemerintah di Indonesia jarang sekali menyentuh aspek yang spesifik, seperti apa yang terjadi di Australia dalam pengembangan relawan internasional. Di Indonesia, langkah yang paling memungkinkan pada masalah hubungan kemanusiaan itu biasanya sering dilakukan oleh lembaga-lembaga nonpemerintahan. LSM dalam hal itu tidak bekerja sama dengan pemerintah. Mereka lebih banyak berhubungan dengan pihak-pihak luar, baik dengan pemerintahnya maupun antar sesama.
Bahkan, yang terjadi di Indonesia, peranan LSM dapat dibilang kurang begitu harmonis dengan pemerintah. LSM kebanyakan menjadi pihak oposisi pada kebijakan-kebijakan pemerintah atau malah selangkah lebih maju daripada peranan pemerintah, khusunya dalam hal pembangunan hubungan sosial kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat. Hal demikian berbeda dengan yang terjadi di negara-negara lain, pemerintah seharusnya mengakomodasi LSM-LSM itu, mengayominya, atau bahkan mendonor dalam rangka membantu menyelesaikan problem-problem kebangsaan.
Di India dan Pakistan, relawan nasional bentukan LSM yang mengampanyekan bahaya HIV/AIDS dan bagaimana harus menghindarinya didukung oleh pihak-pihak lokal, baik pemerintah maupun lembaga donor lokal. Seorang aktivis dari Asian Resources Foundation, Thailand, Lekha Paireepinath, menyebut betapa esensialnya dunia relawan atas kelangsungan hidup kemanusiaan: bagi wanita yang sering terkena dampak patriarki sosial, anak-anak telantar, pengungsi bencana, atau perang yang terjadi dalam sebuah komunitas negara atau local area (Lekha Paireepinath, Volunteerism and Human Survival, 2002).
Memang jauh dari memadai jika persoalan kemanusiaan ditimpakan hanya kepada pemerintah atau hanya pada pihak-pihak nonpemerintah. Semestinya, pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau LSM-LSM yang beroperasi, baik di pusat maupun di daerah, bergerak dalam satu visi kemanusiaan demi kesejahteraan dan kecintaan.
Dalam hal itu, sudah saatnya Indonesia sebagai negara bangsa memiliki sistem yang mapan dalam soal relawan sebagaimana di negara Thailand, India, Pakistan, Australia, Jepang, Amerika, dan di negara-negara Eropa.
Departemen Sosial Republik Indonesia melalui Dit BSKBA Depsos RI telah membentuk Tagana yang merupakan satu kesatuan se indonesia, sebaiknya semua relawan bergabung di dalamnya karena Tagana sesuai dengan Peraturannya di bentuk untuk menghimpun para relawan dan diakui melalui pemberian insentif dan seragam.
Dunia relawan merupakan perimbangan atas terjadinya bencana dan disparitas sosial dalam masyarakat kurang beruntung dan daerah-daerah terpencil.
Indonesia bagaimanapun masih memiliki hampir semua problematik kemanusiaan, tak hanya bencana alam, tapi juga masih rentan konflik, problem sosial dari mulai anak-anak dan keluarga telantar, mewabahnya penyakit menular HIV/AIDS, dan sebagainya.
Semua itu menuntut upaya perbaikan lewat sebuah sistem yang terlembagakan dan diartikulasi oleh relawan-relawan kemanusiaan secara profesional, baik oleh pemerintah maupun non pemerintah.
Dengan jaringan relawan nasional itu, ketika kita melihat tragedi kemanusiaan, kita tidak lagi berpikir mengapa dan apa yang harus diperbuat dengan sebuah tanda tanya yang membingungkan.
Namun, saya berharap Tagana sudah selalu siap atas kemungkinan-kemungkinan terburuk akan semua fenomena baik yang sudah, sedang, dan belum terjadi.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Bantuan bencana gempa di Sumatra Barat atau di Jawa Barat ini masih lebih dominan terfokus pada persoalan-persoalan teknis lapangan, seperti bagaimana mengevakuasi warga, upaya membuat rumah tahan gempa, atau mendeteksi situasi gejala alam serta samudra melalui jaringan satelit.
Upaya-upaya itu memang sangat diperlukan. Sehingga, ketika bencana kembali datang tak terduga, masyarakat dan pemerintah tak lagi kelinglungan menghadapi situasi itu. Namun, sesungguhnya, ada problem yang lebih fundamental, yaitu respons pemerintah terhadap upaya pencegahan itu. Masalah pembentukan relawan bertaraf nasional mestinya juga harus menjadi perhatian serius sebab masalah relawan, khususnya di negara-negara maju, tetap dipersiapkan dan disiagakan meskipun tidak ada bencana.
Artinya, persiapan dini bukan berarti mempersiapkan hanya sebatas ketika akan terjadi bencana atau mempersiapkan dalam tenggat waktu yang sifatnya temporer. Dalam tataran itu, ketika bencana sudah lama tidak datang, bukan berarti persiapan itu lantas ditiadakan. Seharusnya, yang dimaksud persiapan dini terus bersifat kontinu, bahkan mestinya distrukturkan menjadi sebentuk kelembagaan yang permanen.
Salah satu masalah fundamental dalam upaya pencegahan dini adalah bagaimana pemerintah membentuk struktur kelembagaan tentang relawan nasional.
Tugas relawan, seperti juga yang dikembangkan di negara-negara maju, tak hanya bertugas pada masalah-masalah praktis, seperti bertugas mengevakuasi di daerah yang terkena bencana atau merestrukturasi bangunan-bangunan yang hancur. Namun, tugasnya diperluas dalam bentuk memberi bantuan pada bidang pendidikan, masalah medis, informasi, keterampilan, dan sebagainya.
Di Australia, menurut laporan Peter Britton, seorang manajer senior di Australian Volunteer International, telah dikembangkan dunia relawan semenjak dekade 50-an. Saat ini, bidang volunteerism sudah sangat mapan dan bersifat permanen, bahkan go international. Lebih dari 5.000 relawan dari Australia pada tahun 80-90-an pernah disebarkan ke negara-negara, seperti Afrika, kepulauan di Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah, atau pada suku asli Australia, yang membutuhkan bantuan pertolongan dalam bidang medis dan kesehatan, pendidikan dan pengajaran, teknologi informasi, keterampilan sosial, serta pertanian.
Para relawan itu bekerja, baik untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, untuk masyarakat sipil (LSM), maupun pihak-pihak swasta. Mereka diambil dari berbagai kalangan yang memiliki idealisme dan tanggung jawab serta memiliki kepekaan (sensitivitas) pada masalah-masalah sosial. Mereka dibekali kemampuan atau mendapat pelatihan-pelatihan khusus dari lembaga yang menyelenggarakan relawan itu. Di Australia, dunia relawan tak hanya bagi kepentingan negara bangsa, namun dunia relawan juga diperuntukkan bagi negara-negara bangsa yang membutuhkannya dan dieksekusi dalam sebuah jaringan internasional volunteerism (Peter Britton, International Volunteerism and Global Survival, 2002).
Satu hal penting lagi, para relawan memiliki latar belakang komitmen pada keinginan dan kecintaan mereka untuk perdamaian. Dedikasi mereka ditujukan tak hanya bagi kepentingan negara itu sendiri, tapi lebih karena kepedulian untuk menolong sesama, belajar membina sensitivitas sosial, serta membuka hubungan dengan beragam etnik, budaya, dan sebagainya. Para relawan memberi kontribusi bagi pengembangan sebuah komunitas yang terkena bencana atau sebuah 'komunitas terbelakang' yang dilandasi kesetaraan hubungan kemanusiaan.
Dalam soal-soal hubungan kemanusiaan itu, kebijakan pemerintah di Indonesia jarang sekali menyentuh aspek yang spesifik, seperti apa yang terjadi di Australia dalam pengembangan relawan internasional. Di Indonesia, langkah yang paling memungkinkan pada masalah hubungan kemanusiaan itu biasanya sering dilakukan oleh lembaga-lembaga nonpemerintahan. LSM dalam hal itu tidak bekerja sama dengan pemerintah. Mereka lebih banyak berhubungan dengan pihak-pihak luar, baik dengan pemerintahnya maupun antar sesama.
Bahkan, yang terjadi di Indonesia, peranan LSM dapat dibilang kurang begitu harmonis dengan pemerintah. LSM kebanyakan menjadi pihak oposisi pada kebijakan-kebijakan pemerintah atau malah selangkah lebih maju daripada peranan pemerintah, khusunya dalam hal pembangunan hubungan sosial kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat. Hal demikian berbeda dengan yang terjadi di negara-negara lain, pemerintah seharusnya mengakomodasi LSM-LSM itu, mengayominya, atau bahkan mendonor dalam rangka membantu menyelesaikan problem-problem kebangsaan.
Di India dan Pakistan, relawan nasional bentukan LSM yang mengampanyekan bahaya HIV/AIDS dan bagaimana harus menghindarinya didukung oleh pihak-pihak lokal, baik pemerintah maupun lembaga donor lokal. Seorang aktivis dari Asian Resources Foundation, Thailand, Lekha Paireepinath, menyebut betapa esensialnya dunia relawan atas kelangsungan hidup kemanusiaan: bagi wanita yang sering terkena dampak patriarki sosial, anak-anak telantar, pengungsi bencana, atau perang yang terjadi dalam sebuah komunitas negara atau local area (Lekha Paireepinath, Volunteerism and Human Survival, 2002).
Memang jauh dari memadai jika persoalan kemanusiaan ditimpakan hanya kepada pemerintah atau hanya pada pihak-pihak nonpemerintah. Semestinya, pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau LSM-LSM yang beroperasi, baik di pusat maupun di daerah, bergerak dalam satu visi kemanusiaan demi kesejahteraan dan kecintaan.
Dalam hal itu, sudah saatnya Indonesia sebagai negara bangsa memiliki sistem yang mapan dalam soal relawan sebagaimana di negara Thailand, India, Pakistan, Australia, Jepang, Amerika, dan di negara-negara Eropa.
Departemen Sosial Republik Indonesia melalui Dit BSKBA Depsos RI telah membentuk Tagana yang merupakan satu kesatuan se indonesia, sebaiknya semua relawan bergabung di dalamnya karena Tagana sesuai dengan Peraturannya di bentuk untuk menghimpun para relawan dan diakui melalui pemberian insentif dan seragam.
Dunia relawan merupakan perimbangan atas terjadinya bencana dan disparitas sosial dalam masyarakat kurang beruntung dan daerah-daerah terpencil.
Indonesia bagaimanapun masih memiliki hampir semua problematik kemanusiaan, tak hanya bencana alam, tapi juga masih rentan konflik, problem sosial dari mulai anak-anak dan keluarga telantar, mewabahnya penyakit menular HIV/AIDS, dan sebagainya.
Semua itu menuntut upaya perbaikan lewat sebuah sistem yang terlembagakan dan diartikulasi oleh relawan-relawan kemanusiaan secara profesional, baik oleh pemerintah maupun non pemerintah.
Dengan jaringan relawan nasional itu, ketika kita melihat tragedi kemanusiaan, kita tidak lagi berpikir mengapa dan apa yang harus diperbuat dengan sebuah tanda tanya yang membingungkan.
Namun, saya berharap Tagana sudah selalu siap atas kemungkinan-kemungkinan terburuk akan semua fenomena baik yang sudah, sedang, dan belum terjadi.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
LATAR BELAKANG DI BENTUKNYA PRB
salam relawan...
Kegiatan pengurangan risiko bencana sebagaimana dimandatkan oleh Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana harus terintegrasi ke dalam program pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Ditegaskan pula dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Kegiatan pengurangan risiko bencana sebagaimana dimandatkan oleh Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana harus terintegrasi ke dalam program pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Ditegaskan pula dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Karena setiap orang harus mengambil peran dalam kegiatan pengurangan risiko bencana maka sekolah dan komunitas di dalamnya juga harus memulai mengenalkan materi-materi tentang kebencanaan sebagai bagian dari aktifitas pendidikan keseharian.
Usaha meningkatkan kesadaran adanya kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, di dunia pendidikan harus dilaksakanakan baik pada taraf penentu kebijakan maupun pelaksana pendidikan di pusat dan daerah. Dengan harapan pada seluruh tingkatan memiliki pemahaman yang sama akan perlunya pendidikan kesiapsiagaan bencana tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka akan diselenggarakan Seminar Nasional Pengurangan Resiko Bencana.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka akan diselenggarakan Seminar Nasional Pengurangan Resiko Bencana.
Tujuan Seminar :
- Memberikan bekal pengetahuan kepada pendidik tentang adanya risiko bencana yang ada di lingkungan sekolah, berbagai macam jenis bencana, dan cara-cara mengantisipasi/mengurangi risiko yang ditimbulkannya.
- Memberikan keterampilan agar pendidik dan peserta didik mampu berperan aktif dalam pengurangan risiko bencana baik pada diri sendiri dan lingkungannya
- Memberikan bekal sikap mental yang positif tentang potensi bencana dan risiko yang mungkin ditimbulkan.
- Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bencana di Indonesia .
- Memberikan pemahaman kepada guru tentang bencana, dampak bencana, penyelamatan diri bila terjadi bencana.
- Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan pendidikan bencana kepada siswa.
- Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tentang bencana.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
LANDASAN DAN PAYUNG HUKUM PRB
salam relawan...
ebijakan yang berkaitan dengan PRB di Cianjur khususnya, Umumnya di Indonesia yang paling tinggi adalah UU 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan selanjutnya di atur juga dalam PP no 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PB). Selain itu dalam UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU no 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga tersirat perlunya upaya PRB (Pengurangan Risiko Bencana).
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
ebijakan yang berkaitan dengan PRB di Cianjur khususnya, Umumnya di Indonesia yang paling tinggi adalah UU 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan selanjutnya di atur juga dalam PP no 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PB). Selain itu dalam UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU no 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga tersirat perlunya upaya PRB (Pengurangan Risiko Bencana).
Di Pasal 34 UU 24/2007 disebutkan bahwa Penyelenggaraan PB pada tahap Pra Bencana dibedakan atas (a) situasi tidak terjadi bencana, dan (b) situasi di mana terdapat potensi terjadinya bencana. Nah PRB itu merupakan salah satu penyelenggaraan PB pada tahap pra bencana di situasi tidak terjadi bencana.
Selanjutnya Pengurangan Risiko Bencana yaitu:
Dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana (Pasal 37 UU No 24/2007), Merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bahaya (pasal 7 PP 21/2008)
Kegiatan meliputi (pasal 37 UU no 24/2007):- pengenalan dan pemantauan risiko bencana,- perencanaan partisipatif PB,- pengembangan budaya sadar bencana,- peningkatan komitmen terhadap pelaku PB, dan- penerapan upaya firik, nonfisik dan pengaturan PB, Komitmen Global Kerangka Aksi Hyogo (2005 – 2015) untuk PRB, dengan 5 wilayah prioritas yaitu:
(1) Memastikan PRB merupakan prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat;
(2) Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini; (3) Menggunakan pengetahuan, innovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat;
(4) Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasari;
(5) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat¢ Untuk melakukan upaya PRB dilakukan penyusunan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (pasal 8 PP 21/2008)¢ Rencana Aksi PRB terdiri dari:- Rencana Aksi Nasional (RAN) PRB- Rencana Aksi Daerah (RAD) PRB
¢ RAD PRB ditetapkan oleh Kepala BPBD setelah dikoordinasikan dengan instansi/ lembaga yang bertanggung jawab di bidang perencanaan pembangunan daerah
¢ RAD PRB disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang meliputi unsur dari Pemerintah, non-pemerintah, masyarakat, dan lembaga usaha yang dikoordinasikan oleh BPBD Pengarusutamaan PRB ke dalam pembangunan bisa dilihat dari pengintegrasian program dan kegiatan terkait PRB ke dalam RPJM atau RPJMD, RKP/ RKPD, misalnya:
a. penataan ruang (RTRW) dengan mempertimbangkan adanya ancaman bahaya dan analisis risiko bencana pada kawasan yang tercakup dalam RTRW tersebu;
b. Program pengentasan kemiskinan atau yang sekarang lagi ‘in’ yaitu PNPM yang bisa mengurangi kerentanan masyarakat juga merupakan salah satu pengarus utamaan PRB dalam pembangunan;
c. Contoh lain, misalnya program lingkungan hidup, program pengendalian banjir dll
d. Program pengembangan INA-TEWS (Tsunami Early Warning System) yang lagi dilakukan RISTEK juga bisa kita pertimbangkan sebagai salah satu pengarus utamaan PRB dalam pembangunan, walaupun TEWS ini lebih cenderung pada kegiatan untuk tujuan kesiap siagaan.
Semoga Bermanfaat
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
PRB DIMULAI DARI USIA DINI (SEKOLAH )
salam relawan...
Ketika terjadi bencana alam, anak-anaklah yang paling rentan terkena dampaknya. Terutama sekali jika pada saat kejadian, anak-anak sedang belajar di sekolah. Gempabumi di Pakistan pada bulan Oktober 2005 menyebabkan lebih dari 16 ribu anak-anak meninggal akibat runtuhnya gedung sekolah. Longsorlahan di Leyte, Philipina menewaskan lebih dari 200 anak sekolah. Dari dua contoh kejadian tadi, seharusnya kita berupaya melindungi anak-anak kita sebelum bencana terjadi.
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Resiko Bencana (World Conference on Disaster Reduction) yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan resiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan resiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2015 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan resiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan resiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, manajer tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaran akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan resiko bencana.
Masyarakat di seluruh dunia berpandangan bahwa anak-anak menghadirkan harapan masa depan. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Untuk alasan itulah dilakukan ‘Kampanye Pendidikan tentang Resiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan macetnya kesempatan memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.
Pendidikan kebencanaan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang resiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Sebagai tambahan terhadap peran penting mereka di dalam pendidikan formal, sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana.
Pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah merupakan dua prioritas utama untuk dilakukan, sebagai aksi Kerangka Kerja Aksi Hyogo yang telah diadopsi oleh 168 negara. Pengintegrasian pendidikan tentang resiko bencana ke dalam kurikulum pendidikan secara nasional dan penyediaan fasilitas sekolah yang aman dan menyelamatkan juga merupakan dua prioritas yang memberikan kontribusi terhadap kemajuan suatu negara menuju Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goal).
Sasaran utama kampanye ini adalah mempromosikan integrasi pendidikan tentang resiko bencana dalam kurikulum sekolah di negara-negara yang rawan bencana alam dan mempromosikan konstruksi yang aman dan penyesuaian gedung sekolah yang mampu menahan bahaya. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat dengan cara mempromosikan praktek terbaik yang menunjukkan bagaimana bermanfaatnya pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah bagi masyarakat yang rentan. Berupaya melibatkan para pelaku pada berbagai tingkatan untuk menyampaikan pesan kampanye tersebut. Mendorong kepekaan anak-anak sekolah, orangtua, para guru, para pengambil kebijakan di tingkat lokal hingga internasional, dan organisasi kemasyarakatan untuk mempengaruhi kebijakan tentang pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang resiko bencana menguatkan anak-anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang resiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Hasil yang diharapkan adalah pemerintah pusat dan daerah menanamkan investasinya dalam fasilitas bangunan sekolah tahan bencana dan mengarahkan kurikulum pendidikan tentang resiko bencana secara nasional; (2) meningkatkan kesadaran sebagai dampak positif adanya pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah; dan (3) peningkatan aksi dan penggunaan praktek-praktek yang baik untuk mengerahkan koalisi dan kemitraan, membangun kapasitas sumberdaya yang ada untuk mengadakan pelatihan pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Ada pengalaman menarik tentang peran anak-anak dalam mengurangi korban tsunami Desember 2004. Seorang gadis kecil dari Inggris bernama Tilly yang mendapatkan pelajaran tanda-tanda tsunami dari guru geografinya telah menyelamatkan banyak orang yang sedang berlibur di pantai barat Thailand. Seorang anak laki-laki kecil bernama Anto yang tinggal di Pulau Simeulue mendapatkan pelajaran dari kakeknya tentang apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempabumi di laut. Bersama seluruh penghuni pulau itu, mereka berlari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Kedua kisah tersebut diangkat ke dalam film pendek sebagai materi kampanye UN/ISDR.
Sebagai penutup, marilah kita semua lebih memperhatikan upaya mengurangi resiko bencana yang dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Ketika terjadi bencana alam, anak-anaklah yang paling rentan terkena dampaknya. Terutama sekali jika pada saat kejadian, anak-anak sedang belajar di sekolah. Gempabumi di Pakistan pada bulan Oktober 2005 menyebabkan lebih dari 16 ribu anak-anak meninggal akibat runtuhnya gedung sekolah. Longsorlahan di Leyte, Philipina menewaskan lebih dari 200 anak sekolah. Dari dua contoh kejadian tadi, seharusnya kita berupaya melindungi anak-anak kita sebelum bencana terjadi.
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Resiko Bencana (World Conference on Disaster Reduction) yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan resiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan resiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2015 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan resiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan resiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, manajer tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaran akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan resiko bencana.
Masyarakat di seluruh dunia berpandangan bahwa anak-anak menghadirkan harapan masa depan. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Untuk alasan itulah dilakukan ‘Kampanye Pendidikan tentang Resiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan macetnya kesempatan memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.
Pendidikan kebencanaan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang resiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Sebagai tambahan terhadap peran penting mereka di dalam pendidikan formal, sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana.
Pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah merupakan dua prioritas utama untuk dilakukan, sebagai aksi Kerangka Kerja Aksi Hyogo yang telah diadopsi oleh 168 negara. Pengintegrasian pendidikan tentang resiko bencana ke dalam kurikulum pendidikan secara nasional dan penyediaan fasilitas sekolah yang aman dan menyelamatkan juga merupakan dua prioritas yang memberikan kontribusi terhadap kemajuan suatu negara menuju Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goal).
Sasaran utama kampanye ini adalah mempromosikan integrasi pendidikan tentang resiko bencana dalam kurikulum sekolah di negara-negara yang rawan bencana alam dan mempromosikan konstruksi yang aman dan penyesuaian gedung sekolah yang mampu menahan bahaya. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat dengan cara mempromosikan praktek terbaik yang menunjukkan bagaimana bermanfaatnya pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah bagi masyarakat yang rentan. Berupaya melibatkan para pelaku pada berbagai tingkatan untuk menyampaikan pesan kampanye tersebut. Mendorong kepekaan anak-anak sekolah, orangtua, para guru, para pengambil kebijakan di tingkat lokal hingga internasional, dan organisasi kemasyarakatan untuk mempengaruhi kebijakan tentang pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang resiko bencana menguatkan anak-anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang resiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Hasil yang diharapkan adalah pemerintah pusat dan daerah menanamkan investasinya dalam fasilitas bangunan sekolah tahan bencana dan mengarahkan kurikulum pendidikan tentang resiko bencana secara nasional; (2) meningkatkan kesadaran sebagai dampak positif adanya pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah; dan (3) peningkatan aksi dan penggunaan praktek-praktek yang baik untuk mengerahkan koalisi dan kemitraan, membangun kapasitas sumberdaya yang ada untuk mengadakan pelatihan pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Ada pengalaman menarik tentang peran anak-anak dalam mengurangi korban tsunami Desember 2004. Seorang gadis kecil dari Inggris bernama Tilly yang mendapatkan pelajaran tanda-tanda tsunami dari guru geografinya telah menyelamatkan banyak orang yang sedang berlibur di pantai barat Thailand. Seorang anak laki-laki kecil bernama Anto yang tinggal di Pulau Simeulue mendapatkan pelajaran dari kakeknya tentang apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempabumi di laut. Bersama seluruh penghuni pulau itu, mereka berlari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Kedua kisah tersebut diangkat ke dalam film pendek sebagai materi kampanye UN/ISDR.
Sebagai penutup, marilah kita semua lebih memperhatikan upaya mengurangi resiko bencana yang dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
BAngun Pusat Pelatihan TAGANA dan TAGANA TRAINING CENTER
salam relawan...
Jakarta, Menteri Sosial RI, Salim Segaf Al-Jufri secara simbolis menerima tanah hibah dari Yayasan Bakti Putra yang diwakili oleh Tinton Suprapto, yang ditandatangani di Kantor kemensos jakarta, kemarin.(30/4). Tanah Diatas lahan seluas 50.000 meter persegi yang berlokasi di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor ini akan dibangun Pusat Pelatihan Taruna Siaga Bencana Terpadu atau Tagana Training Centre.
Usai penandatangan MOU dengan Yayasan Bhakti Putra yang diketuai Hutomo Mandala Putra ini, Menteri Sosial SALIM SEGAF AL JUFRI mengatakan, Hibah lahan tersebut merupakan bentuk dukungan atas misi Kementerian Sosial untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial dari kalangan Taruna Siaga Bencana atau Tagana yang sebagai salah satu peran masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Lebih jauh Mensos Salim Segaf Al Jufri mengatakan, TAGANA adalah sosok relawan sosial dalam penanggulangan bencana. Saat ini Personil Tagana di seluruh Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 40.000 orang dan diperkirakan akan terus meningkat, dan setiap Tagana memiliki keharusan untuk selalu proaktif dan menguasai Standar Operating Procedure (SOP) dalam penanganan bencana.
Oleh karena itu dengan adanya tempat pelatihan ini diharapkan berbagai keahlian termasuk salah satunya pengkaderan manajemen bencana sangat dibutuhkan. Selain menjadi lokasi pelatihan yang memiliki fasilitas lengkap dan modern serta dikelola secara profesional maka Pemusatan Pelatihan ini dapat digunakan sebagai ‘model’ untuk penyediaan sarana dan prasarana. Diharapkan dengan berdirinya Tagana Training Center dapat meningkatkan standar kompetensi para anggota Tagana.
salam Tagana.. Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
pengurangan risiko bencana (PRB)
salam relawan...
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) akan mengintegrasikan pengetahuan pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kurikulum. Siswa mulai jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana, serta akan turut serta dalam mengurangi risiko bencana.
Sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Sesditjen Mandikdasmen) Kemdiknas Bambang Indriyanto menuturkan, secara intuisi setiap orang mempunyai naluri untuk menyelamatkan diri dari bencana. Namun, dengan berpengetahuan untuk menyelamatkan diri secara cerdas dan sistematis maka dapat mengurangi risiko bencana.
"Dalam penyelamatan juga akan terlihat solidaritas dalam berempati dan simpati dari siswa ketika terjadi bencana alam," katanya pada Sosialisasi Surat Edaran Mendiknas tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah, bertempat di Gedung Kemdiknas, Senayan Jakarta, Kamis (29/7).
Dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No. 70a/SE/MPN/2010 itu diimbau kepada seluruh gubernur, bupati, dan walikota untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana di sekolah melalui tiga hal. Yaitu, pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah, pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal, baik intra maupun ekstrakurikuler, dan membangun kemitraan dan jaringan antar pihak untuk mendukung pelaksanaan PRB di sekolah.
Bambang menjelaskan, pengintegrasian materi dilakukan pada tingkat topik bahasan, sehingga tidak membebankan dan tidak berpengaruh pada standar isi.
Dia mencontohkan, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Geografi, siswa mendapatkan pengetahuan tentang gempa tektonik dan vulkanik. "Siswa diharapkan tidak hanya memahami, tetapi mempunyai kompetensi," ujarnya.
Contoh lain, kata Bambang, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada konteks kehidupan bersama saat terjadi bencana. Siswa dapat mengembangkan rasa simpati dan empati. Juga, pada mata pelajaran Kewarganegaraan topik bahasan hak dan kewajiban warga negara.
Bambang menuturkan, pembelajaran tentang bencana diprioritaskan di Bengkulu, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NT). Topik bencana yang dikenalkan meliputi gempa, banjir, tsunami, kekeringan, dan kebakaran.
Pejabat UNDP (United Nations Development Programme) Indonesia, Kristanto Sinandang mengatakan, program PRB ini merupakan salah satu prioritas Kerangka Aksi Hyogo (2005-2015) yang merupakan kerangka kerja komitmen global. Kerangka kerja ini telah diadopsi sebanyak 168 negara, termasuk Indonesia.
Dijelaskan, adanya strategi nasional ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah Indonesia untuk memasukkan pengurangan risiko bencana ke dalam mainstream pendidikan nasional. "Tidak memperlakukan bencana sebagai aksi reaktif saja, tetapi aksi preventif pengurangan risiko. Itu yang menjadi paradigma baru di dalam manajemen kebencanaan,salam Tagana..
Tim Kordinator Tagana Jawa timur By. Opered
Langganan:
Postingan (Atom)